Atas kedua hal tersebut, Asep katakan POLTEKIP harus terus melakukan berbagai perubahan agar dapat beradaptasi dengan optimal dan menunjukan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.

Sementara itu, Direktur POLTEKIP, Rachmayanthy dalam Pidato Dies Natalis ke-58 POLTEKIP mengungkapkan POLTEKIP telah lahir, tumbuh, dan berkembang melalui perjuangan segenap putra putri terbaik bangsa dari seluruh Indonesia. POLTEKIP telah beradaptasi dari perubahan transformasi Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP) sejak tahun 1964 dan akhirnya menjadi POLTEKIP pada tahun 2014.

“POLTEKIP lahir untuk menjawab permasalahan SDM/tenaga ahli di bidang permasyarakatan yang profesional, tanggap dalam pengetahuan, tanggon dalam kepribadian, trengginas dalam jasmani, dan welas asih dalam bertutur kata, bersikap, dan bertindak,” kata Rachmayanthy.

Rachmayanthy lalu ungkapkan sebelumnya AKIP hanya memiliki satu program studi (prodi) Diploma Tiga (D3) Pemasyarakatan. Namun sekarang POLTEKIP telah mempunyai tiga prodi Diploma Empat (D4) yaitu Prodi Manajemen Pemasyarakatan, Prodi Teknik Pemasyarakatan, dan Prodi Bimbingan Kemasyarakatan.

Terkait dengan tema Dies Natalis POLTEKIP ke-58, Rachmayanthy jelaskan tema ‘Rise Stronger, Move Forward Faster’ merepresentasikan semangat untuk bangkit lebih kuat, mempertahankan apa yang telah dibangun para pendahulu, dan harus maju lebih cepat untuk mengejar prestasi dan membawa POLTEKIP untuk tetap menjadi kawah candra dimukanya untuk mendidik kader pemasyarakatan yang berkualtias, profesional, dan berintegritas.

Berikutnya sebagai penutup, Wakil Menkumham, Prof. Edward Omar Sharif Hiariej dalam orasi ilmiahnya mengatakan hakekat dari pendidikan vokasi/politeknik itu tidak hanya beroritentasi pada teori, tetapi berorientasi pada praktik. Hal ini sejalan dengan pendekatan pendidikan link and match yang diperkenalkan oleh Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) periode 1993-1998 Wardiman Djojonegoro.

“Pendidikan link and match yaitu apa yang kita dapatkan di bangku pendidikan, itu harus bisa diterapkan di masyarakat. Pendidikan yang bersifat link and match pada hakekatnya ini yang kemudian diikuti oleh pendidikan vokasi termasuk politeknik yang mana kurikulum harus berbasis pada pengetahuan dasar, pengetahuan mahir, dan berorientasi pada dunia kerja,” jelas Edward.