Klub juga menjadi sorotan karena mengklaim telah menghemat €90 juta (£78 juta/$97 juta) gaji pemain pada periode 2020.

 

RAKYAT.NEWS, Makassar – Juventus saat ini harus mengelus dada. Itu setelah Jaksa Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) menyatakan bahwa mereka bersalah atas sejumlah pelanggaran finansial yang dinilai manipulatif.

Khususnya dalam data gaji pemain hingga anggaran transfer. Dilansir dari Goal.com, jaksa penuntut umum mempersoalkan sejumlah penyimpangan berasal dari transaksi pemain.

Di dalamnya termasuk pertukaran pemain dengan klub raksasa Spanyol, Barcelona. Dua pemain itu adalah Arthur dan Miralem Pjanic. Total sebanyak 62 berkas transfer yang diperiska. 42 di antaranya melibatkan klub Nyoya Tua, Juventus.

Klub juga menjadi sorotan karena mengklaim telah menghemat €90 juta (£78 juta/$97 juta) gaji pemain pada periode 2020, yang dimaksudkan untuk membantu nilai klub tetap stabil di pasar saham.

Direksi Juventus, termasuk presiden Andrea Agnelli dan wakil presiden Pavel Nedved, mengundurkan diri dari jabatan mereka pada November lalu setelah pihak berwenang mulai mengendus sejumlah pelanggaran keuangan. Termasuk pemotongan gaji selama pandemi Covid-19 dan angka transfer tidak lazim.

Selain pengurangan poin, anggota direksi klub yang dulu dan sekarang telah diskors (FIGC). Di antaranya adalah direktur olahraga Tottenham Hotspur saat ini, Fabio Paratici, yang dihukum 30 bulan.

Selain Juve, tim lain yang sedang diselidiki yakni: Sampdoria, Pro Vercelli, Genoa, Parma, Pisa, Empoli, Novara, dan Pescara – telah dinyatakan tidak bersalah.

Juventus telah mengajukan banding atas keputusan tersebut ke Komite Olimpiade Italia (NOC). Namun, NOC hanya dapat memutuskan apakah suatu keputusan benar atau tidak, dan tidak memiliki kekuatan hukum untuk mengubah potensi sanksi.