Rencananya Smelter yang dibangun di area 200 Hektar tersebut akan menyerab ribuan tenaga kerja.

Apalagi JK menjelaskan pada proses pengembangannya di area tersebut akan dibangun industri-industri lain berbasis Nikel.

JK mempersilakan semua pihak untuk masuk dan turun membangun pabrik.

“Prinsip pokoknya adalah bagaimana memajukan daerah, ini industrinya 200 hektar akan penuh dengan pabrik dan akan menyerap ribuan tenaga kerja. Diharapkan nanti di sini akan timbul industri berbasis nickel, kita sistemnya terbuka kepada semua orang. Berbeda halnya dengan Vale hanya lingkungan di situ saja, kita ingin lebih terbuka kepada semua Masyarakat,” ujar JK.

Membangun Tanpa Menggusur

Terkait pembebasan lahan untuk Pembangunan pabrik JK mengklaim pihaknya sama sekali tidak melakukan penggusuran kepada penduduk setempat.

JK mengakui pihaknya telah melakukan pembelian tanah masyarakat yang akan dibangun pabrik semenjak 2016.

Meskipun demikian JK mengakui masih ada demo dari beberapa pihak dalam hal ini kelompok AMAN (Aliansi Masyarakat Adat).

“Ada demo seperti dari Aman, itu lahan sudah dibeli pada tahun 2016, atau 7 tahun yang lalu, semua itu dibeli yang dari pemiliknya, dan yang demo itu ditanya Mana surat-suratnya tidak ada. Kita beda dengan daerah lain yang rakyatnya digusur, kami beli,” jelasnya.

Direncanakan Smelter Nikel akan rampung dan mulai beroperasi memproduksi Feronikel pada November 2023 dengan kapasitas produksi 33.000 ton nikel per tahun.

Diperkirakan pembangunan pabrik ini akan selesai pada Juli 2024 dengan kapasitas produksi sebesar 31.400 ton nikel per tahun dengan menelan investasi sebesar 3.2 triliun.**