Sekolah ini mengajarkan tentang Budaya dan kearifan lokal khususnya budaya Makassar.

Bungung barania ri bayoa

Bungung barania adalah sumur tua yang menjadi tempat mandi karaeng Galesong bersama laskarnya dan diyakini oleh masyarakat dapat mendatangkan keberanian.

Sehingga banyak pemuda antusias agar bisa membasuh mukanya dengan air sumur tersebut. Bahkan manfaatnya akan lebih sempurna jika air sumur itu diminum tiga teguk.

Jarak lokasi sumur ini sangat dekat dengan laut namun airnya tidak asin serta meskipun diambil sebanyak mungkin tetapi permukaan air sumur ini selalu normal.

Air sumur ini juga diambil oleh pemangku adat digunakan untuk digunakan mencuci benda-benda pusaka kerajaan.

Ini juga diambil oleh pemangku adat digunakan untuk digunakan mencuci benda-benda pusaka kerajaan.

Pappasang dan Ukiran Lontara

Pappasang dan ukiran Lontara ini merupakan pesan-pesan leluhur yang dituliskan pada media kayu berbentuk ukiran.

Khusus pappasang yang terpasang di areal Balla Barakkaka ri Galesong adalah karya Prof.Dr. H.Aminuddin Salle, S.H., M.H. yang telah mendapatkan hak cipta dari KEMENKUMHAM RI.
Aneka sastra lisan (akratek, akroyong dan asyaraka)
Akratek merupakan kebiasaan turun temurun dari orang Makassar dalam rangka kegiatan adat.

Akroyong merupakan salah satu sastra lisan masyarakat Makassar yang dilantunkan atau dinyanyikan oleh orang tua, umumnya perempuan paruh baya. Tradisi ini muncul sebelum agama Islam masuk di Makassar.

Royong adalah sejenis nyanyian untuk anak-anak kecil (bayi) yang masih berumur 40 hari setelah kelahirannya dan dilantunkan tanpa diiringi musik, jika bayi hendak ditidurkan atau sedang rewel. Umumnya, royong dilakukan dalam ritus upacara adat.

Misal pada upacara Accera’ Kalompoang (pencucian benda-benda pusaka kerajaan), perkawinan, sunatan, khitanan, upacara akil balik dengan memakaikan baju adat (nipasori baju bodo) kepada anak gadis, dan juga pada upacara ritual kelahiran (aqtompoloq) dan upacara penyembuhan penyakit cacar (tukkusiang).