Dilaporkan : Tim Jelajah Jeneponto 161 (Tim JJ 161)

Ditulis dalam rangka hari jadi Jeneponto ke 161, 1 Mei 2024

BAGIAN KETIGA

MINYAK KUDA

“Awalnya saya hanya produksi abon kuda, tapi setiap saya beli daging kuda untuk bahan abon, selalu ada lemaknya yang ikut, disitu saya mulai bikin minyak kuda” demikian sepenggal cerita Owner UKM Panrita, Jumiati A Rahim.

Pada awalnya UKM Panrita hanya memproduksi abon kuda, usahanya dimulai sejak tahun 2017, diproduksi secara rumahan untuk memenuhi permintaan pelanggan, seiring bertambahnya pesan abon kuda oleh para pelanggan maupun keperluan pameran bagi instansi pemerintah, maka sejak saat itu pembelian daging kuda sebagai bahan utama pembuatan abon kuda juga terus meningkat.

Berbekal pengetahuan yang ia dapatkan dari cerita pengalaman keluarga dan referensi tentang proses pembuatan minyak kuda, akhirnya ia pun mengolah lemak kuda menjadi minyak kuda.

Pemakaian minyak kuda yang diproduksi UKM Panrita di gunakan secara pribadi oleh anggota keluarga secara terbatas, cerita khasiat pemakaian minyak kuda produksinya semakin sering ia dengar, bahkan beberapa anggota keluarga secara khusus minta untuk dibuatkan minyak kuda karena khasiatnya yang dianggap paten.

Rakyat News
Minyak Kuda

Minyak kuda atau masyarakat menyebutnya Minnya’ Jarang, rupanya sudah lama digunakan sebagian masyarakat Jeneponto sebagai obat tradisional untuk mengobati luka bakar ataupun luka bekas sayatan benda tajam, umumnya untuk pemakaian luka luar.

Di Desa Bonto Lebang, kecamatan Kelara, sekelompok Mahasiswa KKN beberapa waktu lalu bahkan pernah menjadikan pembuatan minyak kuda sebagai program utama kegiatan KKN bersama masyarakat. Daeng Sitti di kampung Lembangloe sudah sejak lama dikenal memiliki minyak kuda untuk pengobatan luka bakar, tak jarang beberapa orang yang mengalami luka bakar di bawa ke rumah Daeng Sitti untuk melakukan pengobatan.