CILACAP, RAKYAT NEWS – Tikus menjadi salah satu musuh petani padi yang sangat merugikan hasil pangan, karena dapat mengurangi hasil produksi padi hingga mencapai 70 % kerusakannya. Maka rubuha sebagai upaya preventif penanggulangan bencana kelangkaan pangan tersebut.

Demikian disampaikan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Dr. Ir. Suwandi, M.Si saat memberikan arahan terkait dengan jalannya kegiatan GERMAS RUBUHA (Gerakan Massal Pembuatan Rumah Burung Hantu) yang dihelat oleh Kementan secara daring melalui zoomiting pada Sabtu, (13/07/2024).

“Posisi saya kini di pasuruan sudah disampaikan kepala dinas tadi bahwa agenda penting hari ini adalah rubuha. Alhamdulillah petani disini sudah sadar terkait penggunaan rubuha mulai 2012 silam,” katanya

Dia menyampaikan bahwa Sabtu ini serentak seluruh Indonesia dari Aceh sampai Papua memasang rubuha.

“Hal ini dilaksanakan utamanya untuk mendukung program Kementerian Pertanian (Kementan) RI terkait percepatan Perluasan Areal Tanam (PAT) dan Luas Tambah Tanam (LTT) menjadi salah satu solusi untuk mengantisipasi darurat pangan.”

Dikatakan Kementan terus mendorong peningkatan produksi padi guna menjamin kelangsungan pasokan beras serta mengantisipasi darurat pangan. 

“Selain meningkatkan produksi tanaman pangan dan meningkatkan pendapatan petani, tujuan dari program ini juga untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan. Dan penting adalah merubah perilaku untuk menjaga kelestarian alam,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia menyampaikan kepada Kepala Dinas, Kepala Desa, dan PPL untuk melakukan edukasi guna menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem sawah.

“Pertama adalah mensosialisasikan tidak boleh memburu burung hantu, dan kedua adalah larangan penggunaan listrik sebagai perangkap tikus,” tegasnya.

Terkait dengan Rumah Burung Hantu, pada kesempatan itu salah satu petani Pasuruan bernama Rosyid memberikan testimoni.

“Berawal dari gagal panen, mulai dari 2012 petani mendirikan rubuha yang awalnya hanya 3. Setelah diamati ternyata efektif sehingga pada 2017 dilakukan pembangunan dan sekarang jumlahnya ada 23 rubuha. Hasilnya memang bagus sehingga sampai sekarang petani bisa merasakan dan menikmati hasil panen,” ungkapnya.

Sementara itu Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Wanareja Triyugo Istianto mengapresiasi giat Germas Rubuha Kementan menurutnya sebagai upaya preventif untuk mengendalikan hama tikus

“Tindakan ini merupakan upaya Preventif yakni dengan cara menyediakan rumah burung hantu (Rubuha) Tyto Alba sebagai musuh alami hama tikus,” tegasnya

Menurutnya kegiatan pengendalian selama ini diketahui belum sistematis dan terorganisir maupun terkoordinasi dengan baik, dan tidak berkelanjutan.

“Mudah-mudahan kedepan kelompok tani maupun masyarakat petani bisa memanfaatkan secara optimal untuk mengorganisasi tindakan pengendalian, idealnya setiap 5 Ha Sawah ada 1 Rubuha. Maka pembuatan Rubuha ini memudahkan burung hantu berburu tikus di sawahm” ungkapnya disela-sela pemasangan Rubuha di area persawahan Desa Sidamulya, Wanareja, Cilacap. (IHA)