RAKYAT NEWS, SLEMAN – Dua spanduk yang berisi kritik terhadap pemerintah yang dipasang oleh mahasiswa di area Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM) tiba-tiba diturunkan ketika Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) berkunjung ke sejumlah lokasi di DIY pada Rabu (28/8) kemarin.

Para aktivis mahasiswa menduga penurunan spanduk tersebut dilakukan atas sengaja kampus, namun pihak birokrat UGM membantah tudingan tersebut.

Seorang mahasiswa dari Forum FH UGM Bergerak mengungkapkan tentang spanduk-spanduk kritik yang ‘hilang’ saat kunjungan Jokowi ke RSUP dr. Sardjito yang masih berada di area kampus UGM di Sleman, DIY.

Saat itu, Jokowi melakukan kunjungan kerja ke DIY, termasuk meresmikan gedung baru milik RSUP dr. Sardjito di sebelah barat FMIPA UGM.

“Ada sekitar dua buah (spanduk diturunkan),” kata mahasiswa dari forum FH UGM Bergerak yang enggan disebutkan identitasnya, Kamis (29/8).

Menurutnya, dua spanduk tersebut dipasang di Gedung B sejak 25 Agustus 2024 saat acara Angkringan Darurat di FH UGM berlangsung. Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan untuk mengawal keputusan MK terkait persyaratan pencalonan Pilkada.

Namun, pada Rabu (28/8) kemarin, spanduk, poster, dan banner yang dibuat oleh warga akademis FH UGM sudah tidak ada lagi.

“Kawan-kawan pergerakan mahasiswa UGM semua menaruh atensi untuk kejadian tersebut. Ada isu bahwa terdapat ‘tekanan’ dari rektorat, mengingat kemarin waktunya bersamaan dengan kunjungan presiden (Joko Widodo) ke UGM (RSUP dr. Sardjito) kemarin,” katanya.

“Dari teman-teman mahasiswa tidak ada (yang menyaksikan penurunan spanduk), karena penurunan dilakukan secara tiba-tiba tanpa koordinasi terlebih dahulu dengan teman-teman gerakan,” sambung dia.

Mahasiswa baru menyadari spanduk mereka disimpan di gudang setelah menanyakan kepada petugas Pusat Keamanan, Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan (PK4L) yang bertugas di area FH UGM pada sore itu.

Mahasiswa kemudian mencoba mencari tahu alasan di balik penurunan spanduk kritik tersebut. Menurut informasi yang diterima dari dekanat, penurunan spanduk terkait kunjungan donatur ke FH UGM.

“Gedung B adalah bagian dari gedung yang menerima bantuan pendonor yang minggu ini seluruh gedung akan divisitasi oleh pendonor. Dekan kemudian memberikan izin banner dipindahkan ke gedung lain yang tidak ada kaitannya dengan (program) donor,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa para mahasiswa hingga saat ini tidak menerima tekanan langsung dari kampus terkait pemasangan spanduk kritik ini.

Namun, beberapa dosen yang mendukung gerakan mahasiswa juga mempertanyakan alasan di balik penurunan spanduk tersebut.

Dosen Hukum Tata Negara FH UGM, Herlambang Wiratraman mengaku belum mengetahui detail penurunan spanduk tersebut.

Namun, dia menyatakan kekecewaannya jika benar spanduk diturunkan karena tekanan kampus.

“Yang jelas, bila ini benar, tekanan ini menunjukkan UGM belum bisa melepaskan tekanan politik kekuasaan terhadap kampus, dan jelas bertentangan dengan jaminan kebebasan akademik, kebebasan menyampaikan pendapat,” kata Herlambang saat dihubungi.

Sementara itu, Sekretaris Universitas UGM, Andi Sandi Antonius membantah keterlibatan rektorat dalam penurunan spanduk tersebut.

Dia juga menolak klaim bahwa rektor telah memberikan tekanan kepada dekan FH terkait kunjungan kerja Jokowi.

“Mboten (tidak benar), mas,” kata Andi Sandi saat dihubungi.

Menurut Andi Sandi, penurunan spanduk dilakukan oleh jajaran dekanat FH sendiri.

Alasannya, karena saat itu ada kunjungan donatur pembangunan gedung.

“Sampun (sudah) disampaikan dekan sebenarnya alasannya (kepada mahasiswa) dan tidak ada hubungannya dengan kunjungan RI 1 [Jokowi],” kata dia.

“Penurunan itu bukan berarti tidak boleh dipasang atau mengungkapkan pendapat namun hanya penempatannya saja. FH tetap membolehkan memasang di lingkungan FH, meskipun tempatnya tidak di tempat semula,” sambung Andi Sandi.