Pemateri ketiga, Jasra, mengusung tema budaya digital tentang “Kecanduan Internet: Mengelola Budaya Digital yang Produktif”. Menurut dia, waktu ideal berinternet bagi anak usia 7-18 tahun maksimal 3 jam dan lebih pendek lagi untuk anak yang lebih muda. Pembatasan penting dilakukan agar anak tak tergantung dengan internet. “Gunakan aplikasi aman untuk anak seperti YouTube Kids atau Kids Lock guna mengontrol aktivitas mereka di dunia maya,” pesannya.

Adapun Oriza, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Hindari Pornografi: Panduan Berinternet yang Aman pada Anak Sesuai Usia”. Ia mengatakan, usia 2-4 tahun umumnya merupakan fase awal anak kecanduan gawai. Batasi seminimal mungkin penggunaan gawai pada anak usia ini. Era eksplorasi pada 3 tahun berikutnya, manfaatkan gawai dengan baik. Masa pubertas 10-12 tahun, orang tua harus selalu waspada mendampingi anak berinternet. Tanamkan norma budaya dan nilai sosial hingga dua tahun berikutnya. “Pada fase pencarian identitas dan identifikasi diri di usia 14-17 tahun, tanamkan punishment-reward guna mengontrol kecenderungan remaja melakukan tindakan beresiko tinggi,” katanya.

Selanjutnya, moderator membuka sesi tanya jawab yang disambut meriah oleh para peserta. Selain bisa bertanya langsung kepada para narasumber, peserta juga berkesempatan memperoleh uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu pertanyaan menarik peserta adalah tentang bagaimana cara menangani kecanduan anak-anak terhadap game terutama yang bermuatan pornografi. Narasumber menjelaskan bahwa sosialisasi ke sekolah-sekolah telah dilakukan lewat guru-guru terkait bahaya pornografi. Sedangkan bagi orang tua, bisa memanfaatkan aplikasi-aplikasi ramah anak untuk menghindarkan anak dari bahaya konten negatif.