SIGI – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 11 Oktober 2021 di Sigi, Sulawesi Tengah. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Lindungi Diri dari Bahaya Pornografi”.

Program kali ini menghadirkan empat narasumber yang terdiri dari kreator konten, Wahyu Aditya; Ketua Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat, Evy Tampakatu; Komisioner KPAI, Jasra Putra; dan psikolog klinis, Oriza Sativa. Adapun sebagai moderator adalah Vivie Zabkie. Sebanyak 620 peserta dari berbagai kalangan mendaftarkan dirinya untuk mengikuti kegiatan webinar kali ini. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan 57.550 orang peserta.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Adapun yang tampil berikutnya adalah Evy sebagai pemateri pertama dengan paparan etika digital berjudul “Bahaya Pornografi” Menurut dia, pornografi berbahaya terutama bagi anak-anak karena menimbulkan kecanduan, merusak otak, keinginan mencoba dan meniru, serta mulai melakukan tindakan seksual. Untuk menghindarinya, terapkan peraturan dan disiplin di keluarga sejak dini, beri pondasi agama yang kuat, edukasi seks sejak dini, isi waktu anak dengan kegiatan positif, dan beri kepercayaan pada anak.

Selanjutnya, Wahyu menyampaikan kecakapan digital dengan judul “Keterampilan Digital dan Belajar secara Daring”. Ia mengatakan, generasi Z memiliki karakter yang lebih mendunia, percaya pada kelompoknya, lebih menuntut, dan intens beraktivitas di dunia maya. Konten yang kreatif, inspiratif, dan memberi pengetahuan serta pengalaman baru menjadi penting untuk mensukseskan pembelajaran daring.

Pemateri ketiga, Jasra, mengusung tema budaya digital tentang “Kecanduan Internet: Mengelola Budaya Digital yang Produktif”. Menurut dia, waktu ideal berinternet bagi anak usia 7-18 tahun maksimal 3 jam dan lebih pendek lagi untuk anak yang lebih muda. Pembatasan penting dilakukan agar anak tak tergantung dengan internet. “Gunakan aplikasi aman untuk anak seperti YouTube Kids atau Kids Lock guna mengontrol aktivitas mereka di dunia maya,” pesannya.

Adapun Oriza, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Hindari Pornografi: Panduan Berinternet yang Aman pada Anak Sesuai Usia”. Ia mengatakan, usia 2-4 tahun umumnya merupakan fase awal anak kecanduan gawai. Batasi seminimal mungkin penggunaan gawai pada anak usia ini. Era eksplorasi pada 3 tahun berikutnya, manfaatkan gawai dengan baik. Masa pubertas 10-12 tahun, orang tua harus selalu waspada mendampingi anak berinternet. Tanamkan norma budaya dan nilai sosial hingga dua tahun berikutnya. “Pada fase pencarian identitas dan identifikasi diri di usia 14-17 tahun, tanamkan punishment-reward guna mengontrol kecenderungan remaja melakukan tindakan beresiko tinggi,” katanya.

Selanjutnya, moderator membuka sesi tanya jawab yang disambut meriah oleh para peserta. Selain bisa bertanya langsung kepada para narasumber, peserta juga berkesempatan memperoleh uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu pertanyaan menarik peserta adalah tentang bagaimana cara menangani kecanduan anak-anak terhadap game terutama yang bermuatan pornografi. Narasumber menjelaskan bahwa sosialisasi ke sekolah-sekolah telah dilakukan lewat guru-guru terkait bahaya pornografi. Sedangkan bagi orang tua, bisa memanfaatkan aplikasi-aplikasi ramah anak untuk menghindarkan anak dari bahaya konten negatif.