RAKYAT.NEWS, MAKASSARAction Group Campaign (AGC) Amnesty Papua, menginisiasi agenda Para-para Bacarita Papua dan nonton bareng sebagai bentuk refleksi dan protes terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Berat di Paniai. Agenda berlangsung di Jalan Kelapa Dua , Kelurahan Kalibobo, Distrik Nabire, pada Minggu (8/12/2024).

“Selain itu kami juga prihatin dengan pelanggaran-pelanggaran HAM yang lainnya di tanah Papua, seperti operasi militer di Intan Jaya, Nduga dan lainnya,” kata Koordinator AGC Amnesty Papua, Marselino Wegobi Pigai, kepada Rakyat News, Senin (9/12/2024).

Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, memandang kasus yang terjadi di Paniai pada Desember 2014 tersebut, banyak dakwaan jaksa yang tidak lengkap, salah satunya adalah pelaku yang tidak diungkap dalam dugaan penganiayaan terhadap anak-anak.

“Jadi begini ada penganiayaan di tanggal 7 itu dan ada penembakan tanggal 8 itu kan. Yang hari pertama itu kalau enggak salah hanya menyebabkan luka fatal, tetapi tidak berakibat kematian. Terus siapa pelakunya? Itu tidak ada, kurang, kosong lah. Ada celah kosong yang harus diisi di dalam persidangan berikutnya,” kata Usman, mengutip detikSulsel.

“Putusan itu kami menandai sebagai bentuk dari praktik penegakan hukum yang diskriminasi dan berbasis pada rasial. Di mana korban ini tidak diakui sebagai korban pelanggaran HAM berat yang dilakukan oleh negara melalui aparat keamanan yang bertugas pada waktu itu,” ujar Marselino.

“Sehingga kami secara organisasi yang berjuang memperjuangkan hak-hak manusia Papua. Kami menandai putusan itu sebagai diskriminasi dan rasis,” imbuhnya.

YouTube player