Taruna menyebutkan salah satu tugas BPOM adalah menjamin keamanan, efikasi/khasiat, serta kualitas obat dan makanan melalui pengawasan terhadap riset, produksi, hingga distribusi produk obat dan makanan.

“Dalam konteks produksi vaksin, Bio Farma merupakan kebanggaan kita,” tutur Taruna.

Untuk itu, menurut Taruna, kunjungannya ini terkait beberapa hal. Pertama, memastikan semua proses dari riset, produksi, hingga distribusi dan farmakoviligans berjalan sesuai aturan yang ada. Kedua, memberikan dukungan dalam pengembangan teknologi dan inovasi di bidang obat. Dan ketiga yang diharapkan melalui kunjungan ini, BPOM bisa berperan lebih dalam pengawalan bisnis proses produksi dan distribusi produk Bio Farma.

“Kita berharap Bio Farma mampu melakukan dan menghasilkan inovasi obat-obat baru yang dibutuhkan masyarakat,” ujar Taruna.

Terkait obat-obat baru, Taruna Ikrar menjelaskan selama 4 bulan kepemimpinannya, evaluasi terhadap beberapa produk inovasi baru dapat diselesaikan dalam 90 hari kerja (HK) dari yang sebelumnya membutuhkan waktu 300 HK.

Saat ini BPOM sedang berupaya meningkatkan level maturitas dari 3 jadi 4 serta berjuang memperoleh status World Health Organization (WHO) List Authority/WLA. Dengan diperolehnya status WLA nanti maka peluang produk vaksin Indonesia untuk menembus pasar global akan semakin besar karena produk tidak perlu melalui tahapan evaluasi lagi. Kepala BPOM menyampaikan perjuangan BPOM ini membutuhkan bantuan dan kesiapan pemangku kepentingan terkait, termasuk Bio Farma.

Usai kunjungan, Taruna optimistis BPOM dan Bio Farma dapat berkolaborasi meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional. Kolaborasi dan sinergi ini sekaligus menjawab kebutuhan global untuk produk-produk biologi yang aman, berkhasiat, dan bermutu.