Menelusuri Jejak Kartini: Sejarah dan Perjuangan Panjang untuk Perempuan Indonesia
Kartini meninggal dunia pada usia 25 tahun, hanya beberapa hari setelah melahirkan anak pertamanya Soesalit Djojoadiningrat pada 17 September 1904. Meski singkat, hidupnya penuh dengan warisan pemikiran yang berpengaruh besar terhadap perkembangan gerakan perempuan Indonesia.
Pada 2 Mei 1964, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 21 April sebagai Hari Kartini melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 108 Tahun 1964. Peringatan ini dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap dedikasi Kartini dalam mendorong kesadaran akan hak dan kedudukan perempuan di tengah masyarakat.
Hari Kartini dalam Perspektif Kekinian
Selama puluhan tahun, Hari Kartini dirayakan dengan berbagai cara, salah satunya melalui peragaan busana adat di sekolah. Namun kini, makna Hari Kartini telah mengalami perluasan, menjadi momen refleksi terhadap capaian dan tantangan perempuan Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan seperti pendidikan, kesehatan, hukum, dan ekonomi.
Kartini kini menjadi simbol perlawanan perempuan terhadap diskriminasi dan ketidaksetaraan di berbagai sektor. Ia tidak lagi sekadar milik masa lalu, tetapi menjadi representasi perempuan masa kini yang aktif, kritis, dan mandiri dalam menyongsong masa depan.
Bukan Hanya Seremoni
Peringatan Hari Kartini tidak semestinya hanya sebatas simbolik. Lebih dari itu, semangat Kartini perlu dihidupkan dalam tindakan nyata. Dari para guru di pelosok desa hingga eksekutif perempuan di kota besar, dari ibu rumah tangga hingga politisi, nilai-nilai perjuangan Kartini senantiasa menyala dalam jiwa perempuan yang berani mengambil peran di tengah masyarakat. (*)

Tinggalkan Balasan