Waspada DBD, PAFI Karo Tekankan Edukasi dan Pencegahan di Masyarakat
Curah hujan tinggi akhir-akhir ini yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini bukan hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Tak sedikit kasus DBD yang berakhir fatal karena kurangnya kesadaran dan keterlambatan dalam penanganan.
Melansir pafikarokab.org, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang hingga kini masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di Indonesia, termasuk di wilayah Sumatera Utara. Penularannya yang cepat menjadikan DBD ancaman serius, terutama saat curah hujan meningkat. Di beberapa daerah, peningkatan kasus DBD terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan sejak dini.
Gejala awal DBD sering kali mirip dengan flu biasa, seperti demam tinggi secara mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, mual, hingga munculnya ruam kemerahan pada kulit. Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berkembang menjadi lebih parah dan bahkan mengancam jiwa. Oleh karena itu, penanganan medis yang tepat waktu dan akurat sangat penting, terutama di masa-masa awal timbulnya gejala.
Peran tenaga farmasi dalam menangani DBD tidak bisa dianggap remeh. Tenaga ahli farmasi memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan obat-obatan yang tepat dan aman bagi pasien. Penggunaan obat penurun demam tanpa petunjuk yang jelas bisa berbahaya. Misalnya, konsumsi aspirin atau ibuprofen dapat memperburuk kondisi karena risiko pendarahan meningkat. Di sinilah tenaga farmasi hadir sebagai pengarah yang profesional dan informatif.
Selain memberikan pelayanan medis dan farmasi, edukasi tentang pentingnya mencegah DBD harus digalakkan secara luas. Salah satu upaya utama adalah penerapan gerakan 3M Plus yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan. Tambahan “plus” mencakup penggunaan kelambu, pemberian abate, serta edukasi rutin kepada warga agar tetap waspada terhadap nyamuk.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan