RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan (year on year/yoy), melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,11 persen. Secara kuartalan (quarter to quarter/qtq), ekonomi bahkan terkontraksi 0,89 persen.

Meski pertumbuhan menunjukkan perlambatan, sejumlah sektor seperti konsumsi masyarakat dan investasi tetap menjadi penopang utama dalam menjaga daya tahan ekonomi nasional di tengah tantangan global yang belum mereda.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada triwulan I 2025 mencapai Rp5.665 triliun, sedangkan berdasarkan harga konstan berada di angka Rp3.264,5 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun terjadi pelambatan, aktivitas ekonomi masih berjalan dan tumbuh di berbagai sektor strategis.

“Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2025 adalah sebesar 4,87 persen dibandingkan triwulan I 2024 (year on year). Sementara secara kuartalan atau quarter to quarter, tercatat minus 0,89 persen,” jelas Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (5/5).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tetap positif dan menjadi kontributor utama terhadap PDB. Hal ini tidak lepas dari pengaruh pencairan Tunjangan Hari Raya (THR), program bantuan sosial pemerintah, serta meningkatnya belanja masyarakat pada periode menjelang dan selama Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah.

Dukungan terhadap daya beli masyarakat turut disokong oleh stimulus fiskal pemerintah yang digelontorkan pada awal tahun, termasuk subsidi dan berbagai program perlindungan sosial.

Sementara itu, Menteri Keuangan, Sri Mulyani sebelumnya menyatakan bahwa meski terjadi perlambatan secara kuartalan, prospek pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2025 tetap solid. Ia menyebut konsumsi masyarakat dan sektor investasi sebagai dua motor utama yang akan terus mendorong ekonomi ke depan.

“Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk momentum belanja masyarakat dan pemulihan ekspor komoditas utama seperti CPO, besi dan baja, serta mesin dan peralatan listrik, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih diperkirakan berada di sekitar 5 persen,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4), melansir Kumparan.

Di sisi lain, sektor investasi menunjukkan arah pemulihan melalui peningkatan permintaan di sektor manufaktur dan konstruksi. Sementara itu, ekspor menunjukkan perbaikan terutama pada bulan Maret 2025, di tengah tantangan pelemahan permintaan global dan fluktuasi harga komoditas.

Meski pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama ini belum sesuai ekspektasi, pemerintah optimistis bahwa penguatan konsumsi domestik dan keberlanjutan investasi akan menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal-kuartal selanjutnya. (*)

YouTube player