RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel) menggelar talkshow bertajuk “Well-Read, Well-Lived: Literasi dan Harmoni dalam Era Digital” dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia atau World Book Day. Kegiatan ini berlangsung di Baruga Pinisi, lantai 4 Kantor BI Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Rabu (28/5/2025).

Kegiatan tersebut menghadirkan dua tokoh sastra nasional yang juga aktif dalam dunia literasi, yakni Ratih Kumala dan M. Aan Mansyur.

Ratih Kumala dikenal lewat novel populernya Gadis Kretek, sementara Aan Mansyur adalah penyair kenamaan yang puisinya mencuat lewat film Ada Apa dengan Cinta 2 sekaligus Direktur program Makassar International Writers Festival (MIWF) 2025.

Deputi Direktur BI Sulsel, Aswin Gantina, mengatakan bahwa talkshow ini merupakan salah satu upaya Bank Indonesia dalam memperluas literasi, khususnya di bidang keuangan, melalui pendekatan yang inklusif dan menyentuh aspek budaya baca masyarakat.

“Minat masyarakat terhadap literasi itu besar, dan kami dari BI Sulsel hadir sebagai fasilitator. Kami menyediakan infrastruktur, bahan bacaan, serta kegiatan yang bisa memperkuat budaya literasi, terutama yang berkaitan dengan literatur keuangan,” ujar Aswin.

Menurut Aswin, keterlibatan penulis-penulis profesional dalam kegiatan ini bukan tanpa alasan. Selain sebagai daya tarik, mereka juga dianggap sebagai agen literasi yang mampu menjangkau berbagai segmen masyarakat dengan pendekatan yang inspiratif.

“Narasumber yang kami hadirkan kompeten di bidangnya. Mereka penulis, esais, dan pelaku aktif literasi yang terlibat dalam berbagai program pengembangan literasi di masyarakat. Kehadiran mereka diharapkan bisa memberi perspektif baru tentang pentingnya literasi di era digital, termasuk literasi keuangan,” jelasnya.

Bank Indonesia, lanjut Aswin, memang memiliki fokus utama pada literasi keuangan. Karena itu, berbagai program edukasi dan sosialisasi terus digencarkan hingga ke pelosok Sulawesi Selatan. Program-program tersebut menyasar pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, serta masyarakat umum.

“Sebagai bank sentral, kami memang konsen di literasi keuangan. Kami melakukan sosialisasi, edukasi, kuliah umum, hingga seminar di berbagai institusi pendidikan. Kami juga membuka akses informasi melalui perpustakaan dan layanan kunjungan ke kantor BI,” tambahnya.

Aswin menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan literasi masyarakat. Menurutnya, peningkatan literasi, baik umum maupun finansial, tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja, melainkan harus menjadi gerakan kolektif yang melibatkan pemerintah, komunitas, institusi pendidikan, media, dan masyarakat itu sendiri.

“Bank Indonesia tidak bisa sendiri. Literasi harus ditingkatkan bersama-sama dari berbagai aspek. Melalui kegiatan ini, kami berharap bisa mendorong masyarakat lebih peduli terhadap budaya baca, sekaligus lebih paham akan pentingnya pengelolaan keuangan yang bijak,” tutupnya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari inisiatif berkelanjutan BI Sulsel dalam memperkuat pemahaman masyarakat terhadap ekonomi dan keuangan. Lewat pendekatan kreatif dan kolaboratif, Bank Indonesia berharap dapat menciptakan masyarakat yang tidak hanya melek huruf, tetapi juga cakap dalam mengelola keuangan di tengah dinamika digital saat ini. (Frz)

YouTube player