RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Penulis dan penyair nasional Ratih Kumala menegaskan bahwa orang tua masa kini memiliki tantangan tersendiri dalam upaya meningkatkan literasi anak-anak mereka, terutama karena perbedaan karakter generasi dan pesatnya perkembangan media digital.

Pernyataan tersebut disampaikan Ratih dalam talkshow literasi yang digelar oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan (BI Sulsel) dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia, dengan tema Well-Read, Well-Lived: Literasi dan Harmoni dalam Era Digital, di Baruga Pinisi lantai 4 Kantor BI Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar, Rabu (28/5/2025).

Talkshow ini juga menghadirkan penyair populer M Aan Mansyur, yang juga menjabat sebagai Direktur Makassar International Writers Festival (MIWF) 2025. Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen BI Sulsel dalam mendukung peningkatan literasi masyarakat, khususnya di bidang keuangan, melalui kolaborasi dengan tokoh literasi dan komunitas budaya.

Ratih Kumala yang dikenal luas lewat novelnya Gadis Kretek mengajak para orang tua untuk lebih memahami cara berpikir dan kebiasaan generasi muda yang tumbuh di tengah dominasi media sosial.

“Pekerjaan rumah kita sekarang itu jauh lebih besar. Kalau dulu cukup dengan mengarahkan anak baca buku, sekarang kita harus bicara dengan bahasa mereka. Kita harus bisa memanfaatkan media sosial, bukan sekadar menghindarinya,” kata Ratih.

Menurutnya, meskipun media sosial sering dianggap toksik, platform digital tersebut justru dapat menjadi alat yang efektif dalam menyebarkan semangat membaca jika digunakan dengan strategi yang tepat.

“Sekarang sudah banyak akun-akun bookstagram yang bisa jadi jembatan. Anak muda mulai menganggap membaca itu keren. Bukan cuma yang joget-joget di TikTok, tapi mereka yang suka baca dan punya wawasan luas juga bisa tampil keren,” tuturnya.

Ratih juga menyoroti pentingnya menciptakan ruang yang mendukung budaya membaca, seperti taman baca, perpustakaan komunitas, hingga café buku yang nyaman dan estetis.

“Mungkin memang harus dimulai dari tempat yang menarik dulu. Anak-anak datang karena suasananya, lalu perlahan mereka melihat buku dan akhirnya tumbuh minat baca itu. Saya percaya, minat baca kita masih bisa naik,” ujarnya optimistis.

Saat ditanya soal preferensinya antara buku fisik dan buku digital, Ratih mengaku masih lebih menikmati membaca buku cetak karena pengalaman yang lebih personal.

“Aku pribadi masih suka buku fisik. Alasan utamanya mungkin nggak penting ya, tapi aku senang merasakan langsung bentuk fisiknya. Rasanya lebih nyata saja,” ungkap lulusan Fakultas Sastra Inggris Universitas Sebelas Maret tersebut sambil tersenyum.

Sementara itu, BI Sulsel melalui Deputi Direktur Aswin Gantina dalam kesempatan yang sama menegaskan bahwa kegiatan literasi seperti talkshow ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan pihaknya dalam mendukung peningkatan literasi masyarakat, khususnya di bidang keuangan.

Menurutnya, peningkatan literasi tidak dapat dilakukan sendiri oleh satu institusi. Oleh karena itu, BI terus membangun kerja sama lintas sektor dan melibatkan tokoh literasi nasional sebagai inspirator dalam mendorong budaya membaca di kalangan generasi muda. (*)

YouTube player