Dengan demikian, kata Gobel, tim tersebut bisa memberikan masukan langsung ke Presiden untuk melakukan pembenahan ke dalam sekaligus membantu presiden untuk bekerja keluar ke para calon investor dari dalam negeri maupun luar negeri. “PR-nya adalah segera berbenah. Permudah perizinan, memangkas rantai birokrasi dengan memberikan kemudahan berusaha, menghilangkan ekonomi biaya tinggi dengan memberantas pungli dan suap. Juga aktif melakukan lobi-lobi ke calon investor,” katanya.

 

Selain itu, kata Gobel, kalangan dunia usaha juga harus berbenah agar harganya lebih kompetitif serta produknya lebih berkualitas dan inovatif. “Dunia usaha harus efisien, inovatif, dan kreatif,” katanya.

 

Namun demikian, kata Gobel, pemberlakuan tarif resiprokal ini akan membuat produk-produk dari negara-negara yang terkena tarif tinggi seperti dari China akan banjir memasuki Indonesia. “Nah ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk melindungi pasar domestiknya. Di sini ada isu TKDN dan juga penyelundupan. Selain itu apa yang sudah diproduksi di Indonesi jangan dilakukan impor,” katanya. Pasar domestik, katanya, merupakan kekuatan yang harus dijaga dan merupakan insentif bagi investor.

 

Gobel juga mengingatkan bahwa pemberlakuan tarif Trump ini merupakan indikasi bahwa tiap negara menjadikan pasar domestik sebagai kekuatan dan modal. “Ternyata banyak negara memilih untuk berkompromi dan bernegosiasi. Nah, ini jangan sampai Trump menjadi semau-maunya di masa depan,” katanya. Hal yang harus dijaga lagi, katanya, bisa terjadi transhipment. Misalnya produk dari negara lain seperti China atau Thailand yang terkena tarif tinggi tapi kemudian diatasnamakan dari Indonesia. Selain itu, katanya, negara-negara yang overstock bisa melakukan politik dumping terhadap produk-produknya agar tetap kompetitif. “Ini semua harus diantisipasi Indonesia,” katanya.