Sebagai pemateri ketiga, Finda membawakan tema budaya digital tentang “Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar di Dunia Digital, Tanpa Ujaran Kebencian”. Menurut dia, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara pemilik bahasa terbanyak di dunia. Setidaknya 710 bahasa tersebar di berbagai suku seantero Nusantara. Karenanya, penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar diperlukan sebagai bahasa pemersatu, menghindari perbedaan makna, sekaligus sebagai identitas nasional. “Ketelitian dan kesesuaian pemilihan kata juga diperlukan dalam penggunaan bahasa untuk menghindari kesalahan penafsiran maupun ujaran kebencian yang bisa berujung jeratan hukum,” jelasnya.

Adapun Nasrum, sebagai pemateri terakhir, menyampaikan tema keamanan digital mengenai “Dunia Maya dan Rekam Jejak Digital”. Ia mengatakan, dunia maya beroperasi secara virtual, berubah dengan cepat, tanpa batas teritori, dan informasi di dalamnya bersifat publik. Aktivitas di dalamnya terekam sebagai jejak digital yang tersimpan permanen dan dapat berdampak bagi penggunanya di kemudian hari. “Jaga kerahasiaan detail informasi data pribadi yang meliputi identitas lengkap, data biologis, keuangan, kesehatan, hingga catatan kriminal agar tak disalahgunakan pihak tak bertanggung jawab dan terhindar dari kejahatan siber,” pesannya.

Acara berikutnya adalah sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Sesi ini disambut dengan beragam pertanyaan dari para peserta. Dalam webinar di Poso tersebut, panitia memberikan hadiah uang elektronik masing-masing senilai Rp100.000 bagi 10 penanya terpilih.

Salah satu pertanyaan menarik peserta diantaranya tentang bagaimana tips cakap di dunia digital agar kita mampu memaksimalkan efek positif berinternet. Narasumber mengimbau untuk menerapkan empati saat berbagi di media sosial dengan mempertimbangkan kemampuan analisis dan verifikasi orang lain yang menerima sebaran informasi dari kita.