“#JagaMakassarTa,” lanjutnya dalam kegiatan.

Di bawah sengatan matahari yang seolah ikut mengutuk kebiadaban yang lalu, pemuda-pemuda ini bercucuran keringat di garis depan, menyapu, mengecat, makan debu dan menutupi simbol-simbol kebencian yang ditinggalkan para perusuh. Setelah jedah sholat jumat mereka lanjut lagi.

Salah satu fokus utama aksi ini adalah membersihkan coretan-coretan provokatif yang tersebar di sekitar flyover dan fasilitas umum.

Serangkaian coretan mengandung simbol-simbol merendahkan institusi negara seperti “ACAB” yang bermakna negatif kepada kalangan polisi, nomor telik “13-12” yang bermakna harapan kematian pada kelompok tertentu, serta narasi anti-aparat dan glorifikasi narkotika—yang diduga berasal dari kelompok tertentu yang terganggu dengan upaya penegakan hukum oleh TNI/Polri.

Menurut Zulkifli, tulisan seperti “ACAB”, “13-12”, dan jargon narkotika tak lagi hanya dianggap sebagai coretan dinding—tapi sebagai luka sosial yang bisa menyulut bara konflik horizontal.

“Ini bukan sekadar coretan dinding, tapi bentuk provokasi yang bisa melahirkan konflik,” ungkap Zulkifli. Ia juga menekankan bahwa tindakan semacam ini bisa merusak citra kota dan menyesatkan generasi muda.

Para tokoh sipil yang terlibat juga menegaskan bahwa kegiatan ini bukan aksi politik ataupun bagian dari kepentingan kelompok tertentu.

“Jangan sampai warga lain menganggap ini kota tanpa aturan. Kami ada untuk menjaganya,”

“Ini adalah bentuk tanggung jawab sosial dan cinta terhadap kota kami,” kata Bang Zul, sapaan karib daripada Muhammad Zulkifli

Aksi ini mendapat dukungan penuh dari Forkopimda Makassar, termasuk dari Kapolda Sulsel, Wali Kota Makassar, Kapolrestabes Makassar, Wakil Gubernur Sulsel dan berbagai instansi lainnya.

Zulkifli menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendoakan dan mendukung kegiatan ini.

Melalui gerakan ini, mereka ingin mengirim pesan kuat bahwa masyarakat Makassar tidak tinggal diam melihat kotanya dirusak, meneguhkan kesadaran bahwa kolaborasi antarwarga adalah kunci dalam merawat kedamaian dan ketertiban sosial.

YouTube player