Pengalaman Dewa sebagai mantan pasien mendorong dia untuk semangat melakukan pendampingan. Pasien TBC RO dapat sembuh total dengan menjalani pengobatan rutin hingga tuntas. Efek samping yang berat tak jarang membuat pasien TBC RO memutuskan untuk berhenti. Disinilah peran pendamping seperti Dewa diperlukan untuk mendorong motivasi pasien menyelesaikan pengobatan.

“Apa jadinya dii’ kalau saya terlambat berobat, bagus ini programnya karena dilacak pasiennya. Terima kasih sudah didampingi, apa jadinya kalau tidak adaki’ ajakka’ berobat,” ucap Ny. N yang kondisi tubuhnya membaik setelah menjalani pengobatan.

Dalam upaya peningkatan kesadaran TBC para relawan menggunakan pendekatan komunikasi motivasi, dimana mereka menempatkan pasien selayaknya keluarga. Mereka juga memberikan motivasi selama pendampingan berdasarkan pengalaman sebagai mantan pasien sehingga memudahkan pendekatan dalam menumbuhkan rasa percaya pada pasien yang didampingi.

Harapannya, semakin banyak pasien TBC RO menyelesaikan pengobatan, semakin berkurang angka penularan TBC di masyarakat, terutama bagi masyarakat Sulawesi Selatan.

Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) merupakan suatu penyakit dimana kuman M. Tuberculosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan salah satu atau lebih Obat Anti TBC (OAT), sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit dan membutuhkan waktu lebih panjang. Indonesia menduduki peringkat ketiga untuk negara dengan beban Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia (Laporan WHO TBC Global 2021) dengan estimasi kasus TBC sebesar 824.000 dan 93.000 kematian per tahunnya.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2020, jumlah terduga TB 62.839. Jumlah yang melakukan pemeriksaan 57.171 sehingga ini menggambarkan potret ketidaksadaran penderita dalam berobat. Kondisi ini mendorong penyintas pasien TBC RO melalui Yayasan Kareba Baji, dalam mendampingi dan memberikan motivasi pada pasien untuk menjalani pengobatan TBC RO.

Baca Juga : Wabup Saiful Arif Tinjau Lokasi Pembangunan Rumah Sakit Pratama Bonerate

Pilihan Video