Komunikasi tidak langsung seperti ini di samping berjangka pendek juga sesungguhnya tidak menarik bagi pemilih karena mereka tak bisa mengenal lebih jauh sosok kandidat yang hadir senyum terkembang itu lebih jauh. Bahkan kebanyakan tidak ada satu pun warga di tempat baleho dipasang yang mengenal sang kandidat.

Kedua, memberikan harapan yang terlalu tinggi. Harapan-harapan atau mimpi yang ditawarkan kandidat kepada calon pemilih terkadang tidak masuk akal. Banyak caleg yang tidak mengetahui tugas pokok dan fungsi anggota legislatif lalu kemudian menawarkan berbagai program yang sebenarnya bukan ranahnya kepada masyarakat. Ada caleg yang berjanji mau merenovasi gedung, ada yang janji mau membangun sekolah dan rumah ibadah, ada yang janji akan membenahi pendidikanlah, bahkan ada yang mau buat stadion segala.

Ketiga, kebanyakan kandidat berusaha membangun oposisi binner antara dirinya dengan kandidat lain di hadapan para pendukung atau pemilih. Oposisi biner adalah sebuah konsep mengenai pola pengenalan manusia terhadap simbol dan makna akan kata. Konsep ini menjelaskan mengenai suatu yang selalu memiliki lawan maka akan terbentuk nilai dan makna sesungguhnya.

Oposisi biner sejatinya bukanlah sesuatu yang berlawanan, melainkan sesuatu yang saling melengkapi. Segala sesuatu yang saling melengkapi tidak dapat dipisahkan dengan tingkatan karena sejatinya kita tidak dapat memahami yang satu tanpa memahami yang lainnya. Pada pemilu yang terjadi adalah para kandidat sibuk bersalin rupa dan bersilaturahmi dengan masyarakat untuk menjadi yang terbaik diantara calon yang lainnya. Ungkapan-ungkapan ini tentu saja tidak akan keluar dari mulut kandidat saja, tapi dia akan menyebar melalui berbagai media bisa manusia melalui lisan, tetapi juga bisa melalui media tulisan.