LUWU UTARA – Sebuah gagasan menarik disampaikan Kepala Bappelitbangda Kabupaten Luwu Utara, Alauddin Sukri. Menurutnya, untuk memonitoring dan mengevaluasi pembangunan inklusif di desa yang berorientasi pada aspek pengawasan terhadap pencapaian kinerja dan edukasi pembangunan inklusif yang dimulai dari desa, maka dibutuhkan sebuah inovasi.

Baca Juga: Bupati Indah Lepas Dua Pembalap Muda Luwu Utara Berlaga di Praporprov Sulsel

Inovasi yang digagas Alauddin adalah Medis Desa yang merupakan akronim dari Monev Edukasi Sosial Desa. Gagasan ini muncul saat dirinya berdiskusi dengan Tim USAID MADANI yang terdiri dari Field Coordinator (FC), Provincial Supporting Partner (PSP), Lead Partner (LP), dan Learning Forum(LF) di Ruang Rapat Kepala Bappelitbangda, Senin (31/1/2022) lalu.

Pada kegiatan diskusi itu, Tim USAID MADANI menyerahkan Policy Brief Pengelolaan Dana Desa Pro Inklusi dengan judul “Jangan Abaikan Kelompok Rentan dan Marginal Dalam Pengelolaan Dana Desa”. Saat diskusi inilah, Alauddin menemukan sebuah inovasi dan mengemukakan gagasan inovasi tersebut di hadapan Tim USAID MADANI.

“Saya sudah menemukan namanya, yaitu Monev Edukasi Sosial Desa atau disingkat Medis Desa,” ucap Alauddin Sukri di sela-sela diskusi.

Kata dia, inovasi Medis Desa bisa menjadi inovasi bagi Bappelitbangda sebagai bentuk monev untuk melihat berjalannya pembangunan inklusif di desa yang juga sesuai dengan tupoksi dari Bappelitbangda itu sendiri.

“Saya pikir ini perlu ditindaklanjuti dan menyiapkan desain instrumennya, termasuk indikator pengaruh dana desa terhadap kemiskinan,” imbuh inovator Getar Dilan, pemenang TOP 45 KIPP Tingkat Nasional ini.

Dikatakannya, inovasi ini juga diharapkan dapat terintegrasi ke dalam setiap monev rutin yang dilakukan Bappelitbangda. Inovasi ini dilakukan dengan melibatkan CSO dan kelompok rentan di desa.