Sementara itu, owner Aksata Dodol Palioi, Rahman menuturkan awal mula dirintisnya usaha dodol tersebut berangkat dari latar belakang fenomena pandemi Covid-19 yang menjadikan ekonomi dalam kondisi menurun.

Olehnya itu melalui usaha dodol, Rahman mencoba untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Benteng Palioi, utamanya anak muda dan ibu-ibu sehingga bisa mendapatkan penghasilan dari usaha yang dirintis bersama.

“Alhamdulillah, berkat program pemerintah dari Kementerian Ketenagakerjaan memberikan kami peluang untuk terwujudnya usaha ini dan dapat membuka rumah produksi Aksata Dodol Palioi,” ujarnya.

Selain itu, Rahman mengaku bertekad ingin memperkenalkan dodol tradisional khas Desa Benteng Palioi ini hingga kancah nasional serta internasional. Namun untuk sementara pemesanan atau pembelian itu masih di rumah produksi di Desa Benteng Palioi karena masih menunggu label halalnya keluar yang saat ini sudah diajukan melalui di Dinas Perdagangan. Sementara untuk izin lainnya sudah lengkap semua.

Sekadar diketahui, selain Bulukumba pengiriman atau peredaran Dodol Aksata sampai saat ini sudah ada Bantaeng, Jeneponto, Gowa, Makassar, Parepare, Kabupaten Luwu, kota Palopo, Toraja, Enrekang, Soppeng, Sinjai, Kendari, Kalimantan, Jakarta, Garut, Jawa Barat, dan Papua, bahkan sudah dibawa ke Malaysia dan Arab Saudi.

Sementara untuk pemberian nama merek produknya sendiri yakni Aksata berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tidak pernah putus atau lanjut terus.

Baca Juga : Tunjang Perekonomian, Andi Utta Bangun Bendungan di Puncak Donggia

Pilihan Video