“Nasionalisme dengan rasa memiliki diperoleh dari mengetahui sejarahnya, contoh lain kita ziarah ke Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Ampel yang sekarang menjadi pasar, begitu anehnya seorang yang meninggal 440 tahun lalu bisa menjadi ekonomi masyarakat melalui pasar-pasar yang banyak dikunjungi di Sunan Ampel; mengapa kita yang masih hidup tidak bisa ? Apa kita tidak malu, belum wali yang lain sebagi contoh yang luar biasa”

“Kadar bobot iman seseorang adalah kecintaannya pada Rasul; cinta pada Rasul dibuktikan juga cinta kepada sahabat, sanak saudara dan keluarga Rasul, kalaupun kita cinta Rasul apalagi terhadap tanah air; kalau cinta tanah air luar biasa pasti dapat menutupi aib dan mampu menasehati dengan baik. Begitupun cara menghancurkan umat yaitu kurangi kepercayaan terhadap rasul dan ulama serta habaib; kemudian penilaian bahwa rasul adalah manusia biasa; diputarbalikan dan menjadi opini publik; kendorin dan keroposin aparat TNI dan Polri; kalau perlu benturkan; setuju tidak kita dipecahkan ? Tidak sahut jamaah, maka dari itu kita kuatkan kecintaan terhadap rasul, habaib, ulama, tanah air, bangsa dan negara; siapa lagi kalau bukan kita; nah, kalau kita sudah tahu jangan kasih celah sebesar rambutpun; kita rapatkan barisan dan eratkan pegangan tangan.”ujar Habib Lutfi.

Ketua Umum Yayasan Ana Muslim Sunni Syafi’i (Yamsyi) Turmudi Hudri memetik kesimpulan bahwa peranan Tokoh Muda NU Kabupaten Bogor sangat penting menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tokoh Muda NU Kabupaten Bogor mempunyai sikap jelas untuk mempertahankan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 diharapkan mampu menjadi benteng Kabupaten Bogor dari ancaman kelompok radikal yang ingin memecah belah Indonesia (*)