MAKASSAR – Kepala Sub Bagian Program Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulawesi Selatan, Mariani, mengatakan bahwa DP3A secara keseluruhan menyusun beberapa program untuk mendukung sasaran-sasaran rencana strategis selama 5 tahun kedepan. Bukan hanya mengenai perempuan saja, namun dari segi perlindungan dan pemenuhan hak perempuan maupun anak-anak.

Baca juga: Respon Cepat dan Tanggap DP3A atas Kasus Kekerasan Perempuan

Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang dilakukan dalam DP3A. Sesuai dengan sasaran DP3A sampai dengan 2023 dan itu diturunkan setiap tahunnya, dengan tetap mendorong kegiatan itu agar pemberdayaan perempuan di Sulsel lebih baik lagi. Adapun sasaran-sasaran strategis DP3A yaitu pertama, terkait pengarusutamaan gender dan peningkatan kualitas perempuan. Kedua, penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Terakhir, penurunan angka jumlah penduduk dengan menurunkan angka kelahiran.

“Jadi sebenarnya banyak hal yang kami lakukan di dinas ini. Cuman mungkin orang hanya melihat dari luar saja yah. Apa yang sebenarnya dilakukan dinas perempuan? Padahal banyak sekali.” ucapnya, pada Kamis (10/3/2022).

Adapun 3 program berikutnya itu mendukung dari program secara keseluruhan. Pertama yaitu, pengarusutamaan gender dan peningkatan kualitas hidup. Lalu peningkatan kualitas hidup keluarga, hal itu karena dari data yang ada, keluarga-keluarga sekarang ini mendekati rentan. Selanjutnya perlindungan perempuan dan program perlindungan khusus anak.

Salah satu cakupan programnya yaitu layanan korban perempuan dan anak, yang dapat diakses di kantor Unit Pelayanan Teknis Perlintasan Perempuan dan Anak (UPTPPA). Dimana setiap korban kekerasan, baik itu kekerasan terhadap perempuan dewasa maupun yang anak-anak akan mendapatkan pelayanan.

Dalam meningkatkan kualitas keluarga. DP3A punya kegiatan yang bernama Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) yang melayani keluarga ketika ada permasalahan keluarga yang tidak bisa terselesaikan ini. Masyarakat bisa melakukan konsultasi dengan ahlinya serta konselin. Bukan hanya itu, sebelum kembali ke keluarganya, ada pelatihan life skill, agar selepas itu ada yang dapat dilakukannya.