JAKARTA – Anggota DPR RI asal daerah pemilihan (dapil) Papua, Marthen Douw, menyayangkan, aksi unjuk rasa penolakan pemekaran Papua di Jakarta berakhir ricuh. Menurutnya, pemerintah seharusnya cukup mendengarkan aspirasi masyarakat Papua.

“Apa susahnya pemerintah datangi para pendemo dan menerima apa yang mau disampaikan para pendemo? Tidak susah kan? Datangi aja kok repot,” kata Marthen kepada Republika, Sabtu (12/3).

“Saya manusia Papua punya hati mulia, saya bangga dengan saya Papua,” imbuh politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut.

Baca Juga : Tolak Pemekaran Wilayah, Aksi Demo Mahasiswa Papua Berujung Ricuh

Agar tidak terjadi hal serupa di kemudian hari, dia mengimbau, agar pemerintah mau menemui peserta aksi unjuk rasa. Dia meyakini, jika sikap itu yang ditunjukan pemerintah, maka masyarakat Papua akan puas dan menyampaikan aspirasi mereka secara baik-baik.

“Supaya tidak terjadi hal yang berlebihan, Pemerintah temui saja para pendemo. Jika Pemerintah sudah di depan tatapan, maka saya (Papua) akan puas dan akan sampaikan apa maksud saya (Papua) demo,” ungkapnya.

Aksi demonstrasi yang digelar para mahasiswa Papua di dekat kantor Kemendagri, Jalan Veteran, Jakpus, berakhir ricuh. Salah satu peserta aksi, Nico mengaku, ada rekannya yang terluka akibat dipukul aparat.

Setidaknya ada lima orang mengalami luka. Bahkan, ada rekannya seorang perempuan sampai tidak sadarkan diri.

“Ada kawan yang dipukuli di wajah sampai darah. Ada yang bajunya sampai robek. Lima orang terluka. Ada cewek dipukul sampai pingsan. Saat ini belum sadar,” jelas Nico di Stadion Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Jumat (11/3/2022).

Menurut Nico, peserta aksi unjuk rasa menolak pemekaran provinsi Papua diikuti sekitar 104 mahasiswa Papua yang dibawa ke Polda Metro Jaya. Padahal, aksi unjuk rasa yang dilakukannya merupakan aksi damai.