Ia melanjutkan dengan kehadiran galeri seni rupa ini, sedikit dapat mengubah stigma masyarakat bahwa kota Makassar itu juga punya sisi positif, berbudaya, dan kedepannya dapat lebih baik lagi.

“Memang ada sedikit misi. Tujuan saya, Makassar inikan kota yang kadang-kadang konotasinya sedikit kurang nyaman lah. Suka begal dan sebagainya. Saya paham itu, karena ada faktor yang membenarkan. Makanya saya bilang sama teman-teman, mari kita berbuat sesuatu, paling tidak itu mengurangi sedikit konotasi jelek kota Makassar. Dia itu kota budaya, kota pariwisata dan bisalah kedepannya jauh lebih baik,” lanjutnya.

Memberikan kecintaan terhadap budaya menurutnya memang tidak semata-mata menghasilkan uang, tapi dapat membangun karakter elegan yang menghaluskan jiwa utamanya bagi orang Makassar dengan seni rupa.

Melukis itu secara teknis terdiri dari lima hal yaitu ada anatomi, karakter, perspektif, dimensi, dan komposisi. Dari kelima hal itu, menghadirkan karakter sangat penting karena dapat menghasilkan jiwa atau pun roh dalam lukisan. Hal itu kemudian yang dapat membuat orang yang melihatnya tertarik.

Ia menjelaskan, masa depan seni rupa itu akan cerah. Hal itu dinilainya karena kecintaan orang-orang terhadap seni sudah mulai terlihat. Sekalipun di masa pandemi ini, dari segi komersial juga tetap berjalan.

“Dulu awalnya kan orang mau masuk juga tidak mau, sekarang kalau malam Sabtu dan malam Minggu itu kan kita lihat penuh sesak, bahkan saya punya daftar pengunjung dalam sebulan itu bisa mencapai 3000 orang. Lukisan saya juga pernah ditawari senilai 75 juta. Saya sendiri sebenarnya tidak jual dengan harga sekian, tapi dia memang menghargai seni,” tutupnya.

Baca juga: Support Porseni IGTKI PGRI Takalar, Bunda Paud: Dapat Gali Kearifan Lokal