Dari berbagai sumber terkait perubahan ini, diduga dilatar belakangi oleh menipisnya jumlah deposit dengan kandungan bitumen tinggi, sehingga diperlukan cara-cara baru untuk memproduksinya.

Kadar aspal yang rendah menjadikan upaya pemanfaatan deposit aspal Buton tidak dapat dilakukan dengan cara-cara yang standar. Berbagai metode pemanfaatan Aspal Buton seperti Latasir, Latasbum, Asbuton Curah, Asbunton Micro, Buton Mastic Aspal mulai ditinggalkan. Kontraktor jalan lebih menyukai menggunakan Aspal Minyak, karena metode produksi hotmix-nya lebih efisien dan praktis.

Tetapi mulai tahun 2004, seiring dengan kenaikan harga minyak bumi yang harganya mencapai kisaran US$ 100 per barel, menjadikan harga Aspal Minyak juga ikut naik dengan sangat tajam. Hal ini memicu upaya-upaya untuk memanfaatkan kembali Aspal Alam dari Pulau Buton.

Namun karena belum tersedianya teknologi pengolahan dan pemanfaatan yang handal dan ekonomis, akibatnya Aspal Buton masih belum mampu bersaing dengan Aspal minyak impor.

Pada tanggal 24 Desember 2013 PT Wijaya Karya (Persero) mengakusisi 100% saham PT Sarana Karya dengan nilai Rp50 milyar. PT Sarana Karya berubah menjadi PT Wijaya Karya Bitumen.

Langkah pengambil alihan ini dilakukan untuk menunjang pertumbuhan bisnis PT Wijaya Karya Tbk, di bidang pembangunan infrastruktur yang meliputi pembangunan jalan-jalan tol, peningkatan jalan, dan pemeliharaan jalan di dalam negeri. PT Wijaya Karya Bitumen sekarang sedang mengembangkan teknologi ekstraksi Aspal Buton, yang diharapkan akan dapat memproduksi Aspal Buton “full” ekstraksi untuk menggantikan Aspal Minyak impor.

Pengelolaan pun, sekarang bukan saja PT Wika Bitumen (saham BUMN) tetapi ada beberapa perusahaan tambang Aspal milik investor lokal, diantaranya, PT Karya Buana Buton di Desa Nambo, Kecamatan Lasalimu. Hal itu semua, tentu akan berdampak pada pengembangan ekonomi dan umumnya seluruh sektor di daerah. Apalagi dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 tahun 2020 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun 2021.