“Ia menyebutkan, jika didasarkan perhitungan matematis, seharusnya terdapat 6-7 kasus positif virus corona di Indonesia. Namun, pihaknya menegaskan, sampai dengan hari ini belum ada satu pun kasus yang dinyatakan positif corona berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium Litbang Kemenkes.”

“Kemenkes sendiri telah melakukan uji laboratorium terhadap 59 kasus dari 62 kasus yang ada. Hasilnya, tak ada satu pun spesimen yang terbukti positif virus corona, sedangkan 3 spesimen lain tengah diteliti.”

“Kalau diprediksi harusnya ada 6 kasus, ternyata sampai hari ini tidak ada, ya harusnya justru kita bersyukur. Kita sudah teliti dengan benar. Itu (penelitian ahli Harvard) hanya prediksi saja,” kata dia.

“Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto mengatakan bahwa penularan virus corona diperkirakan belum akan berhenti dalam enam bulan. Perkiraan ini berdasarkan pembicaraan dengan Organisasi Kesehatan PBB, WHO.”

“Setelah diskusi dengan teman-teman WHO, mereka pesimistis enam bulan (bisa) selesai (wabah),”ujar Yuri dalam konferensi pers di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (10/2/2020). Penyebabnya, lanjut dia, karena tren kejadian penularan virus corona sampai saat ini terus naik.”

“Pemerintah Indonesia sudah menyusun beberapa langkah cegah dini mengatasi Corona Virus. Upaya deteksi dini yang dilakukan adalah pertama, penguatan cegah tangkal di pintu masuk negara, yaitu penyampaian Surat Edaran Dirjen P2P mengenai Kesiapsiagaan dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit Pneumonia dari Negara Republik Rakyat Tiongkok ke Indonesia kepada Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota, KKP, B/BTKL-PP, dan seluruh rumah sakit rujukan nasional dan regional, yang akan terus diperbarui sesuai dengan perkembangan situasi; Tersedia dan berfungsinya 195 thermal scanner di 135 pintu masuk negara; Telah diidentifikasi 19 daerah berisiko yang memiliki akses langsung dari dan ke Tiongkok baik melalui darat, laut, dan udara, serta telah dipersiapkan logistik untuk mencegah masuknya virus 2019-nCoV, seperti thermal scanner, APD, masker N 95 dan Health Alert Card.”

“Kedua, kesiapan pemeriksaan laboratorium, dimana Laboratorium Puslitbang Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (BTDK) Balitbangkes telah siap melakukan pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis 2019-nCoV.
Ketiga, RS Rujukan telah disiapkan untuk merawat pasien dengan 2019-nCoV, dengan Pnyampaian Surat Edaran Dirjen Yankes mengenai Kesiapsiagaan Rumah Sakit dalam Penanganan Penyakit Infeksi Emerging ke 100 rumah sakit rujukan flu burung, yang dilanjutkan dengan penyampaian surat kepada rumah sakit rujukan tersebut untuk melakukan pendataan ulang terkait sumber daya yang ada di rumah sakit.”

“Keempat, pemberdayaan masyarakat, melalui penyampaian press release terkait nCoV sebagai salah satu upaya komunikasi risiko kepada masyarakat; Pembuatan materi edukasi bagi masyarakat untuk disebarluaskan melalui berbagai media.

“Saat ini 21 kantor kesehatan pelabuhan telah dilengkapi dengan Hazardous Material Air Filtration (HMAF) dan Capsule Transport yang digunakan untuk melakukan evakuasi jika ditemukan pelaku perjalanan yang masuk kriteria dalam pengawasan yang memerlukan perawatan lebih lanjut ke RS rujukan.”

“Pemerintah juga telah disiapkan pula Emergency Operation Center (EOC) yang merupakan pusat informasi perkembangan situasi 2019-nCoV yang dapat diakses 24 jam melalui nomor hotline. Masyarakat dapat memanfaatkan hotline ini untuk menanyakan hal-hal yang terkait 2019-nCoV.

Penulis : TW Deora dan Wildan Nasution (Pemerhati Masalah Strategis Indonesia)