Rakyat News –  Sudah bukan hal yang luar biasa lagi bahkan ini sudah menjadi sebuah kewajiban bagi sebagian penonton sepakbola selama sepakbola berlangsung, apalagi ketika nonton bareng. Bila saat nonton pertandingan berlangsung tidak henti-hentinya mengempulkan asap rokok sambil menikmati secangkir kopi panas. Mungkin itu bukan di daerah anda, tetapi di Soppeng, itulah yang sering saya temukan ketika nonton bareng sepakbola selama ini. Dan, itu sudah sangat klop sebab pada umumnya nonton bareng sepakbola di tempat saya itu kebanyakan di warung-warung kopi.

Soppeng sudah sangat terkenal dengan warung kopinya, para pengelolanya pun tahu apa yang diingini oleh masyarakat. Mereka menyediakan fasilitas, lengkap dengan layar lebarnya. Tujuannya tentu saja adalah untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya. Tapi meskipun demikian, nonton bola sambil mengempulkan asap rokok dan minum kopi adalah sesuatu yang lumrah terjadi dimana-mana. Apalagi pertandingan sepakbola selama ini di negara kita berlangsung pada malam hari. Maka untuk tidak mengantuk atau untuk mengisi waktu sambil menunggu partai tengah malam merokok dan minum secangkir kopi (malah lebih) adalah salah satu solusinya.

Menurut Koordinator Pemuda Anti Tembakau, M Erwan Arifin. Sebenarnya, merokok dan minum kopi berlebihan adalah dua kebiasaan yang sangat buruk dalam pandangan kesehatan. Bahkan bila kita pernah mengunjungi dokter-dokter penyakit dalam atau dirumah sakit sendiri, poster yang sangat mengerikan yang ditimbulkan terhadap kebiasaan merokok dan minum kopi terpasang besar-besar. Belum lagi efek yang ditimbukan dari faktor pembiayaan kesehatan (JKN).
Menurut data, beban biaya khususnya penyakit tidak menular akibat paparan asap rokok sangat besar. Berdasarkan data klaim Indonesian-Case Based Groups (INA-CBGs sampai dengan bulan bayar Januari 2016, penyakit jantung paling banyak membutuhkan biaya pengobatan, yaitu jantung Rp6,9 triliun. Kemudian disusul penyakit kanker Rp1,8 triliun, stroke Rp1,5 triliun, ginjal Rp1,5 triliun, dan diabetes Rp1,2 triliun. Tingginya kasus penyakit tidak menular berhubungan erat dengan gaya hidup tidak sehat. Banyak masyarakat yang kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, kebiasaan merokok dan minum alkohol. Khsusus untuk merokok, dalam satu penelitian terbaru di Amerika disebutkan bahwa perokok pasif lebih rentan terkena sakit jiwanya dibandingkan dengan perokok aktif. Bila ini adalah benar, maka betapa besar mudharat yang disebabkan oleh mereka perokok. Ujar Erwan