BARRU – PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi melanjutkan tahap pengujian atau komisioning pada Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan Pembangkit Listrik Tenang Uap (PLTU) Sulsel Barru – 2 (1x100MW), yang berlokasi di Desa Lampoko, Kecamatan Balusu, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan, Selasa (17/5/2022).

Baca Juga : Tingkatkan Hasil Pertanian, Berikut Harapan Sekda Takalar saat Buka RPLP2B

General Manager PLN UIP Sulawesi, Defiar Anis menjelaskan pembangunan PLTU Sulsel Barru-2 merupakan komitmen PLN untuk meningkatkan pelayanan dan ketersediaan listrik kepada pelanggan.

“Pembangunan PLTU Sulsel Barru-2 merupakan salah satu Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK) yang tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, dan merupakan bentuk komitmen PLN dalam meningkatkan keandalan suplai listrik dan pelayanan kepada pelanggan sehingga dapat mendorong investasi di Sulawesi khususnya Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat yang terkoneksi ke dalam Sistem Kelistrikan Sulbagsel,” terangya.

Pertengahan April lalu, PLTU Sulsel Barru-2 berhasil melaksanakan sinkronisasi pertamanya dan saat ini sedang dalam tahap load test (pengujian beban). Pengujian lanjutan ini merupakan salah satu syarat bagi pembangkit untuk mendapatkan Sertifikat Laik Operasi (SLO).

“Load Test merupakan tes yang dilaksanakan pada sistem pembangkit untuk menguji ketahanan pembangkit secara bertahap. Sebelum pembangkit ini mendapatkan pembebanan sebesar 100 Megawatt (MW) terlebih dahulu pembangkit dibebani secara bertahap mulai dari 37 MW, 62 MW, 93 MW dan 100 MW yang kemudian diuji ketahanan selama 72 jam, jika selama masa pengujian tidak terjadi kendala maka SLO akan diterbitkan,” tuturnya.

PLN akan terus mendukung transisi energi. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan teknologi pada PLTU yang terus berkembang dan ramah lingkungan di mana sudah dipersiapkan untuk implementasi Co-Firing.

“Kami terus berupaya meningkatkan keandalan pasokan listrik sehubungan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi setelah pandemi, juga untuk memenuhi kebutuhan listrik akibat pertumbuhan industri smelter di wilayah Sulawesi mengingat kebutuhan listrik untuk fasilitas smelter di Sulawesi diprediksi akan mencapai lebih dari 6.000 MVA,” tutupnya.