Greenhalgh juga menambahkan bahwa pembangunan kembali Suriah dan Irak paska perang juga telah menjadi konsen Qatar dan Turki. Inilah salah satu faktor mengapa koalisi Saudi berusaha mengisolir Qatar. Menurut Greenhalgh, upaya Amerika dan Israel itu akan menghadapi perlawanan sengit dari Iran, Rusia, Irak dan Suriah sehingga berpotensi menjadi pemicu konflik lebih serius yang bisa berujung pada perang dunia. (Baca juga: Analis; Amerika dan Israel Berusaha Melumpuhkan Kemajuan Iran)

Sementara itu senator Tim Kaine, seperti dilansir media Iran FARS, mengatakan bahwa serangan-serangan yang dilakukan Amerika di dalam wilayah Suriah, terlebih lagi ditujukan kepada pasukan Suriah, merupakan ‘aksi ilegal’.

“Katakan kepada rezim Pentagon yang mengklaim aksinya menembak pesawat SU-22 Suriah sebagai “collective self-defense” untuk melindungi sekutunya. Ini jauh di luar misi Amerika di Suriah, yaitu memerangi ISIS. Hal yang sama ketika rudal-rudal Tomahawk ditembakkan ke pangkalan militer Suriah beberapa waktu sebelumnya,” kata Kaine.

Kaina juga menyebut aksi Amerika di Suriah timur sebagai aksi ilegal karena tidak didukung oleh mandat PBB atau permintaan resmi pemerintah Suriah.

“Tidak perlu berfikir strategis untuk menyadari bahwa dengan berusaha menguasai wilayah yang ditinggalkan ISIS, Amerika berusaha mendapatkan apa yang gagal didapatkan selama kampanye ‘perubahan regim’. Kekuatan gabungan Iran, Suriah, Russia dan Hezbollah kini menguasai wilayah barat Suriah (yang padat penduduk dan perkotaan) dan kini bergerak untuk merebut wilayah timur yang masih dikuasai ISIS. Segera mereka akan dibantu oleh pasukan Suriah yang juga tengah bergerak ke barat. Ini bukan masalah menanamkan pengaruh, melainkan masalah pembebasan seluruh Iraq dan Suriah (dari teroris),” kata Kaine.

Menurut Kaine, konflik di Suriah timur tidak didukung oleh masyarakat internasional, termasuk Eropa, yang melihat resikonya terlalu berat untuk ditanggung. Ia mengingatkan, dengan 160.000 pasukan Amerika telah gagal untuk mengontrol Irak paska invasi tahun 2003. (ARN)