MAKASSAR – Geopark Maros Pangkep yang berdiri pada 2015 dan kemudian dinobatkan menjadi geopark nasional di tahun 2017, semakin menunjukkan pergerakan yang telah berhasil dibuktikan dengan menjadi perwakilan UNESCO Global Geopark dari dari 14 geopark yang ada di Indonesia saat ini.

Baca Juga : Kabar Duka, Dari Industri Hiburan Pelawak, Purwardi Alias Rita Warintil Meninggal Dunia

Peran pemerintah tentu sangat dibutuhkan untuk menuju UNESCO Global Geopark tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan, Muhammad Jufri mengaku optimis bisa meraih Sertifikat Global Geopark UNESCO, karena memiliki dua keunikan yang tidak dimiliki daerah lain.

Selain sebagai lokomotif pariwisata daerah, Maros Pangkep dengan predikat ini akan menjadi destinasi wisata yang lebih menjanjikan di masa depan

“Geopark Maros Pangkep punya dua sisi keunikan yang tidak dimiliki daerah lain. Yakni, bentangan daratan dan laut yang unik,” sebutnya, Jumat (10/6).

Diperkuat General Manager Bidang Pemberdayaan Goepark Maros Pangkep, Dedi bahwa keunikan kars yang dimiliki kedua daerah destinasi ini tidak dimiliki wilayah lain.

Dedi mengungkapkan kawasan luar biasa yang dimiliki keduanya bernilai internasional, seperti tower kars terluas kedua di dunia, kawasan supermonde hingga kepemilikan fauna endemik.

Hal itu kemudian beber Dedi yang menjadikan salah satu alasan mengambil masing-masing satu fauna endemik dijadikan maskot atau ikon destinasi nantinya.

“Jadi ada roro dan popo. Roro itu endemik, hewan khas Maros berupa kupu-kupu (kingdom of butterfly) sedangkan popo merupakan jenis burung endemik yang hanya ada di Sulawesi (Pangkep),” terangnya.

Karena itu, menuju UNESCO Global Geopark ini tak hanya butuh peran pemerintah untuk mendorong laju pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi melainkan seluruh masyarakat Sulsel terkhusus di sekitar kawasan destinasi wisata tersebut.