JAKARTA – Kenaikan harga gandum akibat perang Rusia-Ukraina menjadikan para pembuat roti di Pantai Gading, Afrika Barat menggunakan tepung singkong.

Baca Juga : Harga Gandum Naik, Imbas Larangan Ekspor India dan Perang Rusia Ukraina

Hal tersebut membuat pihak berwenang dari daerah tersebut cantumkan harga roti baguette sekitar 150 dan 200 franc CFA atau setara dengan US$0,25 dan US$0,30. Tidak hanya itu, penyaluran subsidi juga dilakukan dengan nilai 6,4 miliar franc CFA atau setara dengan US$10 juta ke 2.500 toko roti di negara itu.

 

Baguette merupakan jenis roti yang banyak digemari di negara bekas jajahan Prancis tersebut. Namun, Pantai Gading tidak memproduksi gandum di dalam negeri, melainkan mengimpor hingga satu juta ton gandum per tahun terutama dari Prancis.

Melansir AFP, Selasa (5/7), pembuat roti dengan dukungan pemerintah juga mulai mengganti sebagian kecil tepung terigu dengan tepung singkong, sayuran dan umbi-umbian.

Singkong sendiri merupakan tanaman terbesar kedua di Pantai Gading setelah ubi dengan produksi sebanyak 6,4 juta ton setiap tahun.

Rencana substitusi singkong ini mendapat respons dari warga Pantai Gading. Mereka mengatakan bahwa membuat roti dengan tepung singkong lokal akan lebih baik karena masyarakat akan makan produk lokal.

Namun, ada juga pembuat roti yang mempermasalahkan soal citra dan rasa roti yang dibuat dengan singkong. Salah satunya pembuat roti bernama Rene Diby yang mengatakan roti yang dibuat dari singkong dikaitkan dengan roti berkualitas rendah bagi orang Pantai Gading.

“Konsumen harus disadarkan akan rasa baru ini. Pihak berwenang harus menjalankan kampanye promosi,” ujar Rene dilansir dari CNNIndonesia.com.

Sementara, Presiden Konfederasi Konsumen Nasional Jean-Baptiste Koffi.juga telah memberikan dukungannya pada substitusi singkong.