JAKARTA – Dilansir dari laman pemberitaan CNN Indonesia yang menjelaskan bahwa, ketika harga pangan global menurun, harga gandum semakin naik yang merupakan dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang disertai larangan ekspor dari penerapan India. Berdasarkan data, harga gandum naik lebih tinggi mencapai 5,6 persen pada Mei 2022 dibanding bulan sebelumnya.

 Baca Juga : Meriah! Even Menembak Internasional, Andi Utta: Bulukumba Selalu Siap Jadi Tuan Rumah

Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menjelaskan bahwa harga gandum yang naik merupakan imbas atas larangan ekspor yang diumumkan oleh India dan kekhawatiran atas kondisi tanaman di beberapa negara pengekspor terkemuka serta penurunan prospek kelola di Ukraina karena perang.

Sebelumnya, harga gandum meroket ke rekor tertingginya pertanggal 16 Mei 2022 dan hal itu terjadi setelah India memutuskan untuk melarang ekspor komoditas tersebut setelah gelombang panas menghantam produksi. Harga melonjak menjadi 435 euro per ton saat pasar di Eropa dibuka.

Dalam hal ini, harga gandum secara global telah melonjak di tengah kekhawatiran pasokan sejak invasi Rusia ke pembangkit tenaga pertanian Ukraina pada Februari lalu.

Sebagai informasi, pembangkit tenaga pertanian itu menyumbang 12 persen dari ekspor gandum global.

Kemudian, lonjakan harga semakin diperburuk lantaran kekurangan pupu,k sehingga panen menjadi buruk.

Hal itu memicu inflasi secara global dan menimbulkan kekhawatiran kelaparan dan kerusuhan sosial di negara-negara berpendapatan rendah.

Adapun harga pangan dunia mulai menurun untuk bulan kedua berturut-turut pada Mei 2022. Indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB turun 0,6 persen pada Mei dari April karena harga produk susu dan minyak nabati turun.

Namun, harga masih lebih tinggi 56,2 persen dibanding tahun lalu.