“Program pembinaan kepada petani ini akan berakhir di tahun ini. Selama enam tahun dilakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani tentunya sangat memberikan manfaat yang positif kepada petani karena sangat memberikan kontribusi dalam menghasilkan benih berkualitas yang juga berdampak pada hasil produksinya,” terang Prof Yusuf.

Sementara, Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Salengke mengungkapkan, secara umum ada dua aspek yang dapat dilihat dari kerjasama tersebut. Pertama, adanya pola pengembangan kapasitas yang di dalamnya bukan hanya untuk pengembangan kapasitas petani, tetapi kapasitas dosen-dosen yang ikut terlibat dalam program.

“Ini sangat bisa kita lihat, terutama di dalam produksi benih berkualitas. Di mana sangat terlihat kalau kita bandingkan dari awal program dengan akhir program itu sangat berbeda,” ujarnya.

Kedua, jika dilihat dari kapasitas produksi benih dari sekitar 400 Ha lahan yang dibinah mengalami peningkatan dibandingkan sebelum dilakukannya pembinaan, termasuk pada jumlah kelompok tani dan daerah binaan.

“Jadi tiap tahun itu meningkat karena memang animo petani, maupun penangkar benih ini semakin meningkat. Karena dia melihat bahwa kualitas benih itu sangat baik,” ujarnya.

Lanjutnya, pelatihan ini pun tentunya akan memberikan manfaat bagi petani agar bisa menghasilkan benih berkualitas.

“Kami mengakui selama kerjasama ini berlangsung ada banyak hal-hal baru yang kita pelajari dan kembangkan bersama. Dari kerjasama ini juga kita sudah melihat, bahwa petani kita sudah mampu menghasilkan benih berkualitas,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Kelompok Tani Syukur, Desa Timosu, Kecamatan Liiliriaja, Kabupaten Soppeng, Misbahuddin sebagai peserta pelatihan mengaku, dalam pendampingan yang dilakukan CoE Fakultas Pertanian Unhas dan Taiwan ICDF pihaknya mendapatkan banyak pembinaan dan kegiatan-kegiatan pelatihan. Mulai dari, pembinaan mengelola lahan dengan sempurna, proses menanam padi dengan baik, langkah-langkah pengendalian hama dan penyakit, dan termasuk pemilihan benih yang baik.