Tak lama kemudian datang seorang pria bernama Yadi yang diduga Staf Security bersama wanita dari pihak manajemen rumah makan mencoba menenangkan suasana dan menyampaikan permintaan maaf karena hiburan ‘live music’ tidak dapat dilaksanakan dengan alasan penyanyinya berhalangan datang, sementara pemain musiknya (player) masih dalam perjalanan akibat macet di sepanjang Jl. Perintis Kemerdekaan, Makassar.

Penyampaian Yadi tersebut mulai menyulut kemarahan pemilik hajatan dan para undangan yang berasal dari bermacam profesi seperti wartawan, pemimpin media, musisi, penyanyi, dosen, aktivis ormas hingga pengusaha yang tidak menerima baik alasan-alasan tersebut.

Bahkan salah seorang musisi dan penyanyi senior sampai maju menghadapi kedua staf rumah makan itu dan meminta pihak manajemen segera menyiapkan peralatan musik (keyboard) dan memberitahukan cukup banyak player serta penyanyi kawakan yang hadir di acara ulang tahun ini.

“Kami sebagai konsumen tidak mau tahu dengan alasan-alasan tersebut. Bertindaklah profesional dalam mengelola sebuah usaha. Kasihan pemilik acara yang di hari ulang tahunnya haru kalian permalukan kepada tamu-tamu undangan yang hadir. Segera persiapkan alat musiknya, nanti kami yang main dan menyanyi,” ucap Dr. Yohan C. Tinungki, S.Mus, M.Sn, pakar musik senior yang juga Ketua Komite Investigasi Negara Provinsi Sulsel.

Namun sampai beberapa waktu kemudian, permintaan mempersiapkan alat musik di panggung ‘live music’ tak dapat dipenuhi pihak manajemen dengan beralasan lagi jika alat musik dibawa pulang oleh pemainnya (player). Yadi, petugas security di tempat itu kembali mempertegas jika pemain musiknya tidak bisa datang sehingga hiburan ‘live music’ ditiadakan.

Penegasan Yadi membuat pemilik hajatan memuncak kemarahannya karena selain merasa sudah ditipu oleh pihak manajemen Warunk Ropang, juga harus menanggung malu akibat telah mengecewakan para undangan, serta pula membuat suasana acara tidak nyaman serta agenda acara yang telah disusun jadi rusak dan kacau balau.