MAKASSAR – PARARA atau Panen Raya Nusantara, lahir dari sebuah inisiatif festival SLIMs (Sustainable Livelihood Initiative and Models).

Kemudian menjadi sebuah konsorsium pecinta pangan lokal yang sehat, adil dan lestari (berkelanjutan)

PARARA memilih Indonesia timur, Sulawesi Selatan Kota Makassar, karena Kota Makassar sebagai pintu masuk untuk pengembangan ekonomi.

Salmia Ariyana, selaku Konsultan Strategi Pengembangan Regional PARARA mengatakan, perlu pengembangan di Kota Makassar dan perlu bertemu dengan semua steakholder yang bermain di pangan lokal, adil sehat dan lestari untuk menempatkan gagasan.

Salmia mengungkapkan kita perlu ide-ide yang jenuin dari kota Makassar, dengan melibatkan komunitas-komunitas pemuda, juga melibatkan media.

Apalagi di Sulsel banyak anggota konsersium PARARA yang bekerja seperti di mitra lingkungan, walhi, dan beberapa lembaga masyarakat juga komunitas anak muda dari kab. Maros.

“Dan harapan kami, Makassar bisa sebagai motor penggerak kalau ini berhasil akan jadi cerminan ke beberapa wilayah lainnya, sepeti Papua, dan NTT,” ujar Mia, sapaan akrabnya.

Mia menambahkan strategi pengembangan regional PARARA dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan sesuai konteks daerah akan dibahas bersama dengan melibatkan pemangku kepentingan dan pecinta pangan lokal daerah.

Penyusunan strategi regional akan membahas 3 elemen utama fokus PARARA yaitu festival, peningkatan kapasitas dan kegiatan ekonomi, kedepan. Salah satu rencana PARARA sejak awal adalah melebarkan sayap kedaerah-daerah, terutama Indonesia bagian Timur.

“Daerah-daerah ini membutuhkan lebih banyak dukungan dan peningkatan kapasitas dan konektivitas, mengingat keterisolasiannya,” tuturnya.

Lanjut Mia menuturkan, pencapaian yang ingin diraih di Kota Makassar adalah advokasi dimulai pada kelompok masyarakat sampai pemerintah sadar, bahwa pangan lokal ini adalah identitas kita, identitas budaya, identitas masyarakat, identitas komunitas dan identitas perempuan.