Implementasi sistem digital ini merupakan semangat dan upaya Pelindo Group dalam mencegah ruang terjadinya korupsi.

“Pembenahan di seluruh aspek tak terhindarkan. Proses-proses yang sebelumnya manual dan transaksional di pelabuhan, perlahan berganti menjadi sistem digital,” ucapnya.

Pengaplikasian sistem digitalisasi juga merupakan upaya standardisasi operasional Pelindo Group khususnya di Regional 4, guna memacu kinerja dan menyajikan layanan terbaik kepada seluruh pengguna jasa.

Enriany juga menyebutkan, Pelindo Regional 4 kini telah mencapai standardisasi pola operasi dan digitalisasi pelayanan. Standardisasi pola operasi yaitu dengan peningkatan pola kerja optimalisasi peti kemas menjadi 24/7.

Dampaknya adalah peningkatan produktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas (TPK) Makassar dan TPK Ambon, dari 35 boks perjam perkapal menjadi 50 boks perjam perkapal sehingga port stay menjadi 1 hari, dari sebelumnya 2 hari.

Sementara digitalisasi pelayanan dilakukan dengan implementasi beberapa aplikasi, yaitu di antaranya Phinisi, PTOS-M, dan Tonus.

“Salah satu tujuan penting digitalisasi ini adalah untuk meminimalisir pungutan liar karena tidak ada lagi pembayaran secara tunai,” tukasnya.

Pembangunan Makassar New Port Segera Rampung

Enriany mengatakan, salah satu pelabuhan di wilayah kerja Pelindo Regional 4 yang paling merasakan sistem digitalisasi adalah Makassar New Port (MNP) atau yang kini berganti nama menjadi Terminal Petikemas New Makassar T2.

Sejak Tahap 1 A beroperasi pada 2 November 2018 lalu, terminal peti kemas yang dibangun untuk mengurangi penumpukan peti kemas di Terminal Petikemas Makassar (TPM) yang kini disebut Terminal Petikemas New Makassar T1 ini, hampir seluruh pelayanannya dioperasikan melalui sistem digital.

Kini, tepat 2 tahun Pelindo merger, pengembangan Terminal Petikemas New Makassar T2 atau MNP telah hampir rampung. “Saat ini progress pembangunannya telah mencapai 99,4% dan diharapkan bisa selesai akhir September 2023 ini,” kata Regional Head 4 Pelindo.