Berikutnya ia juga menyampaikan pengelolaan APBN di regional Sulawesi Selatan mencapai Rp54,09 Triliun.

Sebesar 55% (Rp29,69 Triliun) dari jumlah yang dimaksud merupakan alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang ditujukan untuk mendorong percepatan kemandirian fiskal di daerah, sedangkan 45%-nya (Rp24,40 Triliun) merupakan alokasi Belanja Kementerian Negara/Lembaga yang difokuskan antara lain untuk percepatan penyelesaian infrastruktur prioritas dan penyaluran bantuan sosial.

Sampai dengan Triwulan III Tahun 2023, nilai realisasi belanja di Regional Sulawesi Selatan telah mencapai 60,49%, dan masih on track sesuai dengan rencana dan strategi pelaksanaan anggaran.

Strategi Belanja tersebut juga didukung dengan Pendapatan Negara yang sampai Triwulan III Tahun 2023 telah mencapai 65,75% dari target, berasal dari Penerimaan Pajak serta Penerimaan Kepabeanan dan Cukai.

Selanjutnya, dalam sesi conference, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengupas tentang Visi Indonesia Emas 2045 serta peran strategis APBN dalam mengkatalisasi penguatan pilar-pilar Visi Indonesia Emas 2045, termasuk peran strategis generasi muda.

“Kita sedang menikmati bonus demografi. Indonesia saat ini usia produktifnya termasuk paling tinggi di dunia, kalau tidak kita ambil kesempatan ini, kita bisa terperangkap, dan tidak bisa menjadi negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang,” ungkapnya.

Prasyarat Indonesia bisa maju dan terwujudnya visi Indonesia Emas 2045, menurutnya, perlu dipersiapkan dari sekarang.

Prasyarat tersebut yaitu infrastruktur, teknologi, tata ruang wilayah, kualitas SDM, birokrasi pemerintah, serta sumber daya ekonomi dan keuangan.

“Indonesia itu negara maritim yang butuh konektivitas, ekonomi itu kuncinya mobilitas, maka sepuluh tahun ini kita gencar mengejar kemajuan infrastruktur konektivitas,” katanya.

Untuk teknologi, kita dorong terus alih teknologi supaya bisa lebih cepat, kita beri insentif bagi yang mau berinvestasi di Indonesia.