“Berawal dari gagal panen, mulai dari 2012 petani mendirikan rubuha yang awalnya hanya 3. Setelah diamati ternyata efektif sehingga pada 2017 dilakukan pembangunan dan sekarang jumlahnya ada 23 rubuha. Hasilnya memang bagus sehingga sampai sekarang petani bisa merasakan dan menikmati hasil panen,” ungkapnya.

Sementara itu Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Wanareja Triyugo Istianto mengapresiasi giat Germas Rubuha Kementan menurutnya sebagai upaya preventif untuk mengendalikan hama tikus

“Tindakan ini merupakan upaya Preventif yakni dengan cara menyediakan rumah burung hantu (Rubuha) Tyto Alba sebagai musuh alami hama tikus,” tegasnya

Menurutnya kegiatan pengendalian selama ini diketahui belum sistematis dan terorganisir maupun terkoordinasi dengan baik, dan tidak berkelanjutan.

“Mudah-mudahan kedepan kelompok tani maupun masyarakat petani bisa memanfaatkan secara optimal untuk mengorganisasi tindakan pengendalian, idealnya setiap 5 Ha Sawah ada 1 Rubuha. Maka pembuatan Rubuha ini memudahkan burung hantu berburu tikus di sawahm” ungkapnya disela-sela pemasangan Rubuha di area persawahan Desa Sidamulya, Wanareja, Cilacap. (IHA)