WAKATOBI – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 5 Oktober 2021 di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Adapun tema kali ini adalah “Tips dan Trik Jualan Online”.

Program kali ini menghadirkan 738 peserta dan empat narasumber yang terdiri dari Ketua Jurusan Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Cecep Nurul Alam; pemengaruh, Sri Wahyuni; dosen, Irfan Sophan Himawan; dan dosen, Astri Dwi Andriani. Adapun yang bertindak sebagai moderator adalah Nonee Arnie selaku freelance journalist. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Acara dimulai dengan sambutan berupa video dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. Selanjutnya, tampil Cecep Nurul Alam sebagai pemateri pertama yang membawakan tema “Strategi Digital Marketing untuk Petani dan Nelayan di Tengah Pandemi Covid-19”. Pemasaran digital dilakukan dengan menggunakan layanan media elektronik, termasuk perpesanan instan seluler, SEO, podcast, media sosial, dan video. “Strategi dasar pemasaran digital yakni memanfaatkan media sosial, mulai kirimkan surel, memanfaatkan laman, memanfaatkan aplikasi/lokapasar, atau menerapkan SEO dan beriklan,” kata Cecep.

Berikutnya, Sri Wahyuni menyampaikan materi berjudul “Etika Pemasaran Produk Lokal di Toko Online (Online Shop)”. Penjual perniagaan daring terbagi menjadi supplier, reseller, dan dropshipper. Adapun cara pembayarannya, bisa melalui transfer bank, rekening bersama, atau COD. “Beberapa contoh pelanggaran etika dalam pemasaran dan periklanan produk: penggunaan bahasa (klaim namun tidak sesuai fakta), garansi uang kembali, adanya unsur pornografi, peniruan/imitasi barang,” ucapnya.

Sebagai pemateri ketiga, Irfan Sophan Himawan membawakan tema “Digital Culture: Peran Literasi Digital untuk Mengubah Mindset Konsumtif menjadi Produktif”. Selama pandemi, penggunaan internet dan media sosial meningkat. Akibatnya, muncul budaya atau pola hidup konsumtif. “Ketika daya beli naik, harusnya dibarengi dengan literasi digital yang bertambah. Pola pikir konsumtif menjadi produktif berarti membeli yang dibutuhkan, bukan diinginkan. Serta, berpikir kritis dan adaptif,” ujar Irfan.

Adapun sebagai pemateri terakhir, Astri Dwi Andriani menyampaikan tema “Digital Safety”. Phishing berarti pencurian data pribadi yang merugikan pengguna. Ancaman kejahatan ini adalah hukuman 6 tahun dan denda hingga Rp 1 miliar, sesuai UU ITE. “Upaya pencegahannya yaitu harus update diri tentang phishing, jangan asal klik, hover, pastikan keamanan website (https), gunakan peramban versi terbaru, waspada jika dimintai data pribadi, gunakan kata sandi sulit, pasang antivirus, dan hindari WiFi publik,” pungkasnya.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Salah satu pertanyaannya, “Banyak orang memulai bisnis daring di bidang pangan dan perikanan hanya untuk mengikuti tren tanpa persiapan baik. Sebenarnya hal apa yang harus dipersiapkan sebelum memulai bisnis tersebut?” tanya llham Adit Pramudya kepada Cecep Nurul Alam.

“Produk yang bagus dengan proses yang bagus, baik itu pertanian, perikanan, ini akan meningkatkan pembelian berkali-kali. Kalau produknya bagus, orang pasti balik lagi. Kalau mau jadi petani yang baik, ya pakai proses-proses yang bagus, direkam, biar mereka percaya. Begitu dipasarkan, mereka akan balik lagi. Perikanan juga sama,” jawab Cecep Nurul Alam.