RAKYAT NEWS, JAKARTA – Insiden tragis penusukan yang mengakibatkan tiga anak perempuan tewas telah mengakibatkan kerusuhan di Inggris. Masjid-masjid menjadi sasaran serangan dan sentimen anti-Muslim meningkat. Namun, siapakah sebenarnya pelaku di balik penusukan itu?

Berdasarkan laporan dari AFP, penusukan tersebut terjadi di Southport, di barat laut Inggris, pada 29 Juli 2024 yang lalu. Tiga gadis kecil berusia 6, 7, dan 9 tahun ditusuk saat berada di acara dance bertema Taylor Swift dan sesi yoga untuk anak-anak. Delapan anak dan dua orang dewasa juga mengalami luka-luka.

Peristiwa tragis ini memicu munculnya sentimen Islamofobia, yaitu kebencian terhadap Muslim, yang kemudian menyulut kerusuhan di sekitarnya.

Pada 31 Juli 2024, sekelompok orang berusaha membakar sebuah masjid di Southport. Mereka adalah demonstran lokal yang kemudian berusaha melemparkan batu ke arah polisi dan masjid tersebut. Sebanyak 50 polisi mengalami luka dalam insiden tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Aljazeera.

Kerusuhan dengan ciri kebencian serupa juga terjadi di Hartlepool dan Manchester di utara London pada tanggal yang sama. Pemimpin agama di Inggris mengungkapkan bahwa masjid-masjid telah menyewa petugas keamanan berbayar dan memeriksa fungsi CCTV mereka sebagai langkah pencegahan.

Gejolak dengan muatan kebencian terhadap Muslim juga merambah hingga ke London, di mana massa melakukan unjuk rasa di dekat Downing Street sambil berseru, “Selamatkan anak-anak kita!” dan “Kami ingin kembali pada negara kami!”

Sunderland juga terkena dampak kerusuhan pada Jumat (2/8) malam sebelumnya, dengan delapan orang ditangkap oleh polisi.

Menurut laporan Aljazeera, kerusuhan ini dipicu oleh penyebaran informasi yang salah di masyarakat Inggris. Informasi yang keliru tersebut kemudian merangsang sentimen anti-imigran dan anti-Muslim.