“Aturannya kita mengharapkan mahasiswa sebagai penulis pertama, dan pembimbing sebagai koresponden author dan nilainya sama dengan penulis pertama,” ungkap Dr Ismail Marzuki.

Perubahan lain adalah bagaimana mahasiswa tidak lagi kuliah 8 semester untuk selesai, tetapi satu faktor yang didapat adalah mahasiswa tidak memahami bahwa ada masa studi pada Permendikti 44 yang mengatur tentang masa studi mahasiswa magister sampai delapan semester.

“Olehnya itu, poin 2 ada himbauan pembimbing untuk memandu buat jurnal,” kata Dekan.

Sementara blanded system dapat di artikan bagaimana memulai dan menentukan pembelajaran melalui daring maupun luring.

Enam sampai tujuh kali tatap muka ditambah jamnya. Komposisi mahasiswa yang masuk
Semester ini ada potensi adanya kelas kerjasama dan masih ada kendala dan tarik ulur mengenai sistem kelas jauh/kerjasama.

Contoh persepsi mereka, lanjut Dekan bila dibandingkan dengan program Pascasarjana PTS lain menganggap bahwa uang kuliah kita masih mahal di SPP/BPP tetapi setelah diakumulasikan ternyata kita masih lebih murah karena setiap ujian proposal, hasil dan tutup kita sudah tidak menarik lagi pembayaran sementara Pascasarjana lain masih menarik pembayaran untuk kegiatan tersebut.

“Sehingga kita berkesimpulan dengan kondisi pemahaman ini harus ada sosialisasi kepada calon mahasiswa,” jelasnya.

Selain Dekan, hadir pula pada pertemuan dosen ini, Wakil Dekan, Abdul Jalil, Kaprodi MIKOM, Dr. Muh Asdar, Kaprodi MRIL, Dr Sry Gusti dan Kaprodi MM, Dr. Sri Adrianti Muin serta para dosen internal ketiga prodi.

Sebelumnya, FPS menggelar penyambutan mahasiswa baru yang dilakukan melalui online. Pada penyambutan maba juga digelar kuliah umum yang dibawakan oleh Prof. Arifin Angriawan, Ph.D, dosen Purdue University Northwest USA, yang langsung dari Amerika Serikat dengan tema ‘Education Digital Literacy & 5.0 Society”.