KENDARI – Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi, yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siberkreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada 27 Oktober 2021 di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kolaborasi ketiga lembaga ini dikhususkan pada penyelenggaraan Program Literasi Digital di wilayah Sulawesi. Kegiatan dengan tema “Melindungi Anak dari Kejahatan Dunia Maya” ini diikuti oleh 698 peserta dari berbagai kalangan umur dan profesi.

Empat narasumber tampil dalam seminar kali ini, yakni Dosen Ilmu Komunikasi Halu Oleo & Mafindo Kendari, Jumrana S.Sos M.Sc; Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan & Olahraga Kota Kendari, Makmur S.Pd M.Pd; Psikolog Klinis, Nanda Putri Adhiningtyas M.Psi; dan Penulis Blog & ASN, Ndy Pada. Sedangkan moderator yaitu Karmila selaku Penyiar Radio. Rangkaian Program Literasi Digital “Indonesia Makin Cakap Digital” di Sulawesi menargetkan peserta sebanyak 57.550 orang.

Acara dimulai dengan sambutan video Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang menyalurkan semangat literasi digital untuk kemajuan bangsa. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden. Selanjutnya adalah sambutan dari keynote speaker yaitu Sulkarnain Kadir selaku Walikota Kendari.

Materi pertama dibawakan Jumrana dengan tema “Keterampilan Digital dan Belajar Daring”. Menurut dia, orang tua maupun guru perlu memiliki keterampilan digital agar dapat mengetahui aplikasi, program, serta situs yang dapat diakses, menarik, dan bermanfaat bagi si anak. Selain itu, aktivitas penggunaan gawai anak juga dapat dipantau misalnya terkait tontonan Youtube ataupun game yang dimainkan, serta agar dapat memberikan cara berinternet yang aman dan sehat.

Selanjutnya, Makmur menyampaikan paparan berjudul “Melindungi Anak dari Kejahatan Dunia Maya”. Ia mengatakan, beberapa dampak negatif internet antara lain, penyebaran berita hoaks, paparan ujaran kebencian atau hate speech, ancaman perundungan atau cyberbullying, konten pornografi, serta ancaman keamanan. Untuk itu, perlu ditingkatkan kesadaran bagi warganet agar selalu ingat keberadaan orang lain di internet sekaligus menghargai hak-hak mereka, tidak membuat seruan yang buruk, serta terus membentuk citra diri yang positif.

Pemateri ketiga Nanda Putri Adhiningtyas memaparkan materi “Literasi Digital bagi Tenaga Pendidik dan Anak Didik di Era Digital”. Menurut dia, komunitas akademik dapat membantu para guru meningkatkan keterampilannya dalam memanfaatkan platform digital, melatih kreativitas dan inovasi, memperkuat komunikasi dan kerja sama, serta menjadi role model dalam pemahaman hak kekayaan intelektual. Nantinya, tenaga pendidik dapat membuat media pembelajaran yang menarik, memanfaatkan media sosial dalam konteks pendidikan, sekaligus optimalisasi mesin pencari dan bahasa asing.

Adapun Ndy Pada, sebagai narasumber terakhir menyampaikan paparan “Belajar Daring Vs Candu Internet”. Ia mengatakan, dampak kecanduan internet pada anak berpotensi merusak otak, mengubah emosi, membuat malas belajar, serta merusak hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Oleh sebab itu, orang tua berkewajiban mendampingi si buah hati ketika berselancar di dunia maya, membuat aturan bersama penggunaan gawai, sekaligus mengenalkan internet yang sehat.

Setelah pemaparan materi oleh semua narasumber, kegiatan tersebut dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu Karmila. Panitia memberikan uang elektronik senilai Rp 100.000 bagi 10 penanya terpilih. Salah satunya, Kenzia Kenzo yang bertanya tentang kiat mengatur waktu penggunaan gawai bagi anak. Menanggapi hal tersebut, Ndy Pada bilang, idealnya penggunaan gawai dibolehkan hanya ketika pembelajaran daring hingga waktu belajar berakhir. Kemudian, di setiap akhir pekan berikan anak-anak keleluasaan bermain gawai namun tetap dengan pendampingan.