Sinergi Olahraga dan Kesadaran Sosial, Pelatihan Basic Instruktur Senam di Tamalatea Sebagai Dukungan bagi Gerakan 16 HAKTP

RAKYAT NEWS, JENEPONTO – Suasana halaman Kantor Camat Tamalatea dipenuhi energi positif ketika Ratusan ibu-ibu melaksanakan senam diiringi dengan musik riang.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Pelatihan Basic Instruktur Senam hari ke tiga yang diselenggarakan oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Jeneponto, melalui bidang pembudayaan olahraga, Jum’at (5/12/2025).

Di tengah keceriaan tersebut, suara lantang Ketua PKK Kabupaten Jeneponto, Salmawati Paris, menggema:

“Kita punya andil, kembalikan ruang aman.” Seruan ini disambut dengan tepuk tangan yang meriah, mencerminkan komitmen kolektif untuk menghentikan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Kegiatan senam ini tidak hanya berfungsi sebagai aktivitas kebugaran, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan ruang aman bagi perempuan.

Acara ini sejalan dengan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16 HAKTP), yaitu gerakan global yang berlangsung setiap tahun dari 25 November hingga 10 Desember 2025.

Setelah peluncurannya di Provinsi Sulawesi Selatan pada 30 November 2025, kampanye ini kini hadir di Jeneponto berkat kerja sama antara pemerintah daerah, Dispora Jeneponto, TP PKK, PD HIMPAUDI, serta Pattiro Jeka.

Dalam forum ini, Salmawati menekankan pentingnya menghentikan kekerasan terhadap perempuan, perundungan di sekolah, dan praktik perkawinan anak.

Ia mengajak seluruh warga untuk berani melaporkan jika mengetahui adanya korban kekerasan, serta menggarisbawahi bahwa setiap perempuan berhak diperlakukan dengan martabat.

“Mari bergerak bersama. Kita punya andil, kembalikan ruang aman. Mari ciptakan ruang aman dan nyaman bagi perempuan dan anak,” ujarnya dengan semangat.

Selain itu, Suryani Hajar dari Pattiro Jeka memberikan penjelasan mengenai makna kampanye ini, menegaskan bahwa 16 HAKTP merupakan momentum kritis untuk menyuarakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran hak asasi manusia. “Perempuan bukan hanya korban, tetapi juga memiliki suara dan peran penting dalam menciptakan perubahan. Ruang aman harus diciptakan,” tegasnya.