MAROS – Indonesia adalah negara yang dikaruniai panorama alam yang luar biasa indah. Mulai dari gunung, hutan, laut, hingga dasar laut menjadi destinasi wisata memikat hati bagi banyak orang.

Baca Juga: Pembebasan Lahan Kereta Api di Daerah Maros Pangkep Hampir Rampung

Salah satu daerah yang menawarkan objek wisata menarik adalah Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Ada apa di sana?

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel) merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan kota Makassar. Kabupaten ini sangat terkenal melalui keberadaan objek wisata air terjun Bantimurung dengan ikon kupu-kupu. Selain itu, adapula batu karst terbesar kedua di dunia yaitu Rammang-Rammang.

Namun bukan dua destinasi itu saja yang patut dibanggakan dari Kabupaten Maros. Masih banyak lagi lokasi wisata di Maros yang tak kalah bagus, salah satunya adalah Wisata Puncak Labuaja atau lebih dikenal Puncak Makkaroewa, terletak di Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana, Maros.

Puncak makkaroewa sendiri berada di tengah hutan Pinus yang berjarak sekitar 35 kilometer dari pusat kota Maros. Meski jarak yang ditempuh cukup jauh sejingga dapat membuat para pengunjung wisata tersebut kelelahan, namun saat tiba di lokasi semua akan terbayarkan karena indahnya pemandangan puncak makkaroewa itu sendiri berada di kawasan puncak perbukitan.

Makkaroewa tentunya memiliki beberapa spot foto keren, yang tersedia dan dapat digunakan oleh pengunjung. Spot foto ini seperti panggung cinta, rumah hobbit, meja dan kursi dari kayu.

Berada di ketinggian 900 MDPL, puncak Makkareowa memiliki kondisi cuaca yang sejuk dan tentu akan sangat membuat nyaman para pengunjung.

Meski berkunjung saat musim kemarau, pengunjung mesti tetap waspada dan berhati-hati, dikarenakan jalan mendaki serta curam dan rute yang berkelok- kelok.

Selain jalan yang curam, pengunjung juga harus berhati- hati melintasi jalan yang belum teraspal dan hanya ada susunan batu kerikil sangat rawan bagi para pelancong wisata tersebut.

Salah satu pengunjung, Widi, mengatakan memilih menghabiskan akhir pekan di tempat ini karena penasaran dengan keindahan alam yang selama ini hanya diceritakan dan melihat di dunia maya saja.

Widi juga mengungkapkan jika kesan pertama saat pertama kali tiba di lokasi tersebut telah sesuai dengan ekspektasinya.

“Ternyata apa yang saya lihat di dunia maya dan yang diceritakan oleh teman- teman tidak jauh beda. Tempat wisata Makkaroewa sangat indah alamnya, apalagi cuaca sangat mendukung akan kesejukan tempat ini sangat tepat untuk menghilangkan penat setelah bekerja sepekan,” ujarnya.

Sementara itu, pengunjung lainnya berharap, agar tempat wisata Makkaroewa ini dapat terjaga kelestariannya hingga dalam waktu yang panjang.

“Saya harap kedepannya tempat wisata ini tetap terjaga kelestariannya. Serta juga menginginkan para pengunjung yang datang tidak merusak dan tetap menjaga kebersihan tempat ini, agar pengunjung berikutnya juga bisa menikmati keindahan yang sama,” ujarnya.

Sedangkan, menurut Pengunjung lainnya, menuturkan jika dirinya menyayangkan belum adanya tempat penginapan bagi para pengunjung yang mau menginap di wisata Makkareowa ini.

“Sayangnya di sekitar lokasi wisata belum tersedia penginapan khusus untuk para pengunjung. Tapi para pengunjung mungkin bisa menikmati dinginnya puncak pada malam hari dengan mendirikan tenda untuk berkemah mungkin sangat nikmat sembari menikmati kopi,” imbuhnya.

Pengelola puncak Makkareowa, Muhajir, menjelaskan bahwa untuk masuk dan menikmati sejumlah tempat foto di kawasan ini hanya perlu mengeluarkan kocek yang sangat terjangkau, pengunjung hanya perlu membayar sejumlah Rp5.000 rupiah untuk tiket masuk dan Rp. 2.000 untuk parkir.

“Kalau hari- hari libur atau akhir pekan, jumlah pengunjung yang datang bisa mencapai ratusan orang. Orang- orang yang datang juga tidak hanya dari kalangan orang Maros saja akan tetapi juga oleh warga dari daerah,” ujar Muhajir.

Pak Muhajir selaku pengelolah mengatakan bahwa semenjak pandemi, perekonomian ditempat wisata Puncak Makkaroewa ini menjadi sepi pengunjung, mata pencarian warga sekitar lokasi wisata menurun.

Ia menyebut, bahwa awal mula keberadaan kawasan wisata puncak Makkareowa ini dari terbentuknya Forum Pemuda Labuaja yang selanjutnya memikirkan perkembangan untuk menunjang pemberdayaan desa.

Melalui Forum Pemuda itulah terpikirkan untuk memanfaatkan lahan hutan pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar seluas 1 hektare menjadi sebuah taman wisata Makkareowa hingga saat ini.

Muhajir menambahkan, dahulu sebelum adanya kawasan wisata hutan pendidikan unhas dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mencari kayu bakar dan madu hutan. api setelah warga mengumpulkan ide, akhirnya ada insiatif warga setempat untuk mengubahnya jadi lebih bermanfaat dengan mengubahnya menjadi lokasi wisata.

“Lokasi wisata ini mencontoh lokasi wisata di daerah lain seperti wisata alam Buttu Macca, Kabupaten Enrekang yang menyajikan spot-spot foto yang keren. Tempat Wisata ini dibuka sejak tahun 2017 lalu. Pemasukan dari tiket pengunjung dimasukkan menjadi Pendapat Asli Desa (PADs),” ujar pengelolah tempat.

Baca Juga: PKK Sulsel Sosialisasi Pentingnya Kepemilikan Akta Kelahiran di Maros

Tak sampai di situ, usai puas menikmati pesona puncak Makkaroewa, para pengujung bisa membawa hasil usaha lokal milik masyarakat setempat, seperti tuak manis dengan harga Rp.5000 per botol, gula merah dengan harga kurang lebih Rp.15.000 per bungkus, kue apang Paranggi (bolu berwarna coklat muda yang berbahan dasar gula merah) dengan harga Rp.1000 per bijinya, dan gogos bakar dengan harga Rp.2000, yang tentunya bisa dijadikan buah tangan bagi keluarga.