“Sebagai salah satu lumbung padi nasional sudah sepantasnya kita terus berbenah dan berusaha bagaimana mencapai aspek target tersebut, kita punya program untuk terus menjaga stabilitas harga bahkan kedepannya kita ingin menbackup dengan berbagai upaya termasuk resi gudang agar petani betul-betul terlindungi dan terus bersemangat untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi dan kualitas pertanian kita di Wajo,” jelas Dr. H. Amran Mahmud.

Dr. H. Amran Mahmud menambahkan, untuk bersaing dengan Kabupaten lain, Pemerintah Kabupaten Wajo kedepannya akan memfasilitasi dan membackup para pengusaha penggilingan padi dalam hal permodalan agar para pengusaha bisa berdaya demi memulihkan kembali citra Kabupaten Wajo sebagai lumbung padi nasional.

Sementara itu, Ketua Perpadi Wajo, Amran MN mengungkapkan berdasarkan pemantauan harga jual gabah oleh petani saat ini berada dikisaran Rp 4.550 – 4.600 per kg. Sedangkan pengepul menjual kepada pedagang dengan harga Rp 4.800 per kg.

“Jadi selisihnya kurang lebih Rp 250, padahal seharusnya pengepul memperoleh keuntungan paling banyak Rp 100 per kg,” kata Amran MN yang baru dilantik pada bulan Maret lalu.

Untuk itu, menurutnya dalam hal metrologi sebaiknya dilakukan kalibrasi timbangan secara berkala oleh Dinas Perdagangan dengan dibantu anggota TNI demi menghindari hal-hal yang bisa merugikan petani.

Selain kalibrasi timbangan, Amran MN juga meminta dilakukan pengawasan terhadap waktu penimbangan yang sering dilakukan pada malam hari, serta berharap para pengepul gabah dilapangan memiliki legalitas dari pemerintah daerah untuk beroperasi dan bertransaksi dengan petani. (*)