Aku cerita sama salah satu teman kerjaku, dia shock dan menanyakan siapa ayahnya, aku spontan bilang kalau itu Bos kami. Kami sama-sama terdiam.

Dia memaksaku untuk membicarakan kehamilanku kepada bosku ini. Tapi aku terlalu pengecut, aku terlalu takut untuk berbicara. Dia ingin membantu tapi posisi dia adalah bawahan Bosku, dan itu nggak mungkin terjadi.

Akhirnya aku beranikan diri cerita dengannya. Dia shock, kaget, dan sedikit nggak percaya. Dia menjauhi saya, betapa hancurnya saya. Mau dibawa kemana anak ini.

Saya memutuskan untuk pulang ke kota saya (kota S). Ketika saya sudah tiba di kota saya. Dia menelepon saya. Panjang lebar kami berbicara lewat telpon. Yang pada intinya dia menjelaskan pada saya bahwa dia tidak menjauh, dia hanya membutuhkan waktu untuk sendiri. (SP)