Jakarta -Wabah cacar monyet saat ini terus berkembang di negara-negara di mana virus itu biasanya tidak ditemukan atau menjadi endemik. Hal ini tentu saja membuat para pejabat kesehatan global meningkatkan kewaspadaan.

“Saat ini, dengan lebih dari 643 kasus cacar monyet ditemukan pada banyak negara di mana virus itu tidak endemik, kemunculan tiba-tiba pada saat yang sama inilah yang menunjukkan bahwa mungkin ada penularan yang tidak terdeteksi untuk beberapa waktu,” kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dilansir CNN Jumat 3 Juni 2022.

Baca Juga : Menkes Budi: Cacar Monyet Belum Ditemukan di Indonesia

Virus tersebut sebenarnya telah beredar selama puluhan tahun di beberapa tempat, termasuk sebagian wilayah Afrika Barat dan Tengah.

Dalam penelitian awal yang diposting pada pekan ini, para ilmuwan di Institut Biologi Evolusioner di Universitas Edinburgh, Skotlandia, menggambarkan bagaimana pola genetik yang mereka lihat menunjukkan bahwa ‘telah terjadi penularan berkelanjutan dari manusia ke manusia setidaknya sejak 2017 lalu’.

Sementara itu, ahli Biologi Evolusioner dan Profesor di University of Arizona, Amerika Serikat (AS) yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, Michael Worobey, menyampaikan bahwa itu menunjukkan ‘wabah ini telah berlangsung lama secara lokal’, sama seperti di mana virus itu menjadi endemik.

Ini mengindikasikan dunia telah gagal melindungi mereka yang berada di daerah yang terbatas sumber dayanya, di mana virus telah lama menjadi endemik dan mengendalikan dari sumbernya sebelum akhirnya menyebar secara global.

“Ini benar-benar kisah dua wabah, kita perlu benar-benar mengalihkan perhatian kita ke tempat penyebarannya dan mulai peduli tentang populasi itu, sama seperti kita peduli tentang apa yang terjadi di semua negara di seluruh dunia ini,” tegas Worobey.